Efek Buruk Jika Bitcoin Cs Makin Sering Digunakan
Hide Ads

Efek Buruk Jika Bitcoin Cs Makin Sering Digunakan

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Rabu, 20 Jun 2018 09:30 WIB
Penambangan Bitcoin. Foto: Reuters
Jakarta - Cryptocurrency dianggap akan merasakan efek yang buruk jika semakin besar jumlah orang yang menggunakannya. Hal tersebut diungkapkan oleh Bank of International Settlements (BIS), sebuah institusi finansial yang berkantor pusat di Basel, Swiss.

Di tengah meningkatnya pamor mata uang digital, BIS memberikan peringatan karena mereka beranggapan bahwa mata uang virtual tidak memiliki kemampuan dalam memenuhi permintaan. Hal tersebut membuatnya memiliki potensi besar kehilangan kepercayaan dan efisiensi.

Institusi tersebut menambahkan, segala bentuk uang yang beroperasi dalam sistem besar harus dapat dipercaya untuk bisa membertahankan nilainya dengan stabil. Selain itu, kepercayaan juga harus diperoleh dalam melihat kemampuannya untuk memenuhi permintaan secara efisien, seperti ditulis BIS dalam laporan tahunannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

BIS juga menuliskan kepercayaan dapat hilang seketika disebabkan rawannya jaringan terdesentralisasi yang menjadi landasan utama dari cryptocurrency. Selain rawan, jaringan tersebut, yang dikenal sebagai teknologi blockchain, juga dianggap berpotensi mengalami penimbunan transaksi jika jumlah penggunannya semakin besar.



Penimbunan ini merujuk pada kemampuan dari salah satu cryptocurrency paling kenamaan, yaitu Bitcoin, yang hanya mampu menyelesaikan paling banyak tujuh transaksi per detik sampai saat ini. Keterbatasan itu diperkirakan dapat membuat kepercayaan terhadap mata uang virtual menghilang.

"Kepercayaan terhadap cryptocurrency dapat menguap kapan saja karena rawannya sistem desentralisasi yang melatarbelakangi tiap transaksi yang direkam," tulis BIS.

"Hal ini tidak hanya memunculkan tanda tanya terhadap kemampuannya sebagai metode pembayaran, tapi juga bisa membuat cryptocurrency berhenti beroperasi sebagai buntut dari nilainya yang bisa terus turun," tulisnya menambahkan.

Pernyataan tersebut didukung dengan salah satu pendapat dari Head of Research BIS, Hyun Song Shin. Menurutnya, banyak orang yang menyimpan cryptocurrency murni karena spekulasi semata.

Selain itu, menurut institusi finansial tersebut, bergantungnya para pemilik mata uang virtual dan penambang cryptocurrency dalam merekam dan menjamin setiap transaksi juga dianggap sebuah kekurangan. Hal itu dikarenakan aktivitas tersebut membutuhkan terlalu banyak energi yang nilainya tidak murah.



"Bitcoin merupakan kombinasi antara gelembung dan bencana alam," ujar Agustin Carstens, General Manager BIS, coba mendeskripsikan cryptocurrency tersebut, sebagaimana detikINET kutip dari Reuters, Rabu (20/6/2018).

Pihak BIS pun sudah meminta bank sentral di sejumlah negara untuk memikirkan matang-matang, terlebih risiko yang dapat ditimbulkan, jika ingin menerbitkan cryptocurrency milik sendiri. Sampai saat ini, memang belum ada pihak bank sentral yang melakukan hal tersebut.

Selain itu, BIS juga menyebutkan bahwa regulasi terhadap koin digital dalam skala global sangat dibutuhkan. Hal tersebut dikarenakan sejumlah institusi finansial dan perusahaan swasta lainnya sudah menawarkan layanan terkait dengan cryptocurrency (mon/fyk)