
-
01 iPhone X Diprediksi Tamat Timbulkan Polemik
-
02 Kasus ZTE Jadi Cambuk China Lepas Ketergantungan AS
-
03 ZTE Dilumpuhkan Amerika, Ini Peringatan China
-
04 Lepas dari Yahoo, Flickr Dicaplok SmugMug
-
05 FotoINET Berbagai Foto Sebelum dan Sesudah yang Mengesankan
-
06 Dibanderol Rp 52 Juta, Samsung Flip Bisa Apa Saja?
-
07 Samsung Yakin Papan Tulis Digitalnya bakal Laris
-
08 Yuk Belajar Coding Lewat Game
-
09 Callind, Aplikasi Lokal Pesaing WhatsApp Resmi Diluncurkan
-
10 FotoINET ZTE, Raksasa Teknologi China Terancam Lumpuh Karena Amerika
- SELENGKAPNYA
-
01 Tergiur iPhone X Murah di OLX, Karyawati ini Tertipu Belasan Juta
-
02 Pelanggan Kena Tipu Beli iPhone X, Ini Tanggapan OLX
-
03 Xiaomi: Redmi Note 5 Setara Samsung S9
-
04 Pengamat: iPhone X akan Dimatikan Apple
-
05 5 Jam Dicecar DPR, Facebook Jadi Diblokir di Indonesia?
-
06 Callind, Aplikasi Lokal Pesaing WhatsApp Resmi Diluncurkan
-
07 Bill Gates Dukung Live Streaming Pantau Bumi Bulat
-
08 Siap-siap 5G, Pemerintah Sediakan Tiga Opsi Frekuensi
-
09 Hampir Dua Minggu Menkominfo 'Dicuekin' Facebook
-
10 Mengenal Tomahawk, Rudal yang Membombardir Suriah
Jumat, 19 Mei 2017 15:40 WIB
Cerita Lulusan Harvard Lesatkan Ojek Jadi Bisnis Triliunan

Jakarta - Nadiem Makarim telah menjadi salah satu sosok di dunia teknologi Indonesia yang banyak diperbincangkan. Apalagi kalau bukan karena kesuksesan startup Go-Jek.
Tahun 2011, Go-Jek sebenarnya sudah dirintis. Tapi barulah layanan itu melesat sejak peluncuran aplikasinya di ponsel Android dan iOS pada awal tahun 2015.
Menurut berbagai sumber, Nadiem sendiri berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya, Nono Anwar Makarim seorang aktivis dan pengacara terkemuka keturunan Minang dan Arab.
Sejak kecil, dia terbiasa diantar jemput dengan mobil pribadi. Nadiem pun mendapatkan pendidikan bergengsi di luar negeri. Sekolah menengahnya di Singapura dan New York.
Kemudian, ia masuk ke Brown University, sebuah kampus di Rhode Island, Amerika Serikat. Tak berhenti sampai di situ, ia melanjutkan kuliah pasca sarjana di Harvard Business School dan meraih gelar Master of Business Administration.
Kembali ke Indonesia, Nadiem sempat bekerja sebagai konsultan sebelum mendirikan Go-Jek. Ia pernah mengaku memang gemar menggunakan layanan ojek untuk menembus kemacetan Jakarta.
Terbersit di pikirannya untuk memudahkan penumpang dan pengojek terhubung dengan aplikasi smartphone. Dan lahirlah aplikasi Go-Jek pada awal tahun 2015.
Menurutnya, Go-Jek punya tujuan mendorong perubahan agar sektor transformasi sektor informal seperti ojek agar yang tadinya bekerja serabutan dengan pendapatan yang tidak menentu bisa beroperasi secara profesional dengan pendapatan lebih baik.
"Kami di sini berusaha untuk menawarkan solusi lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan pekerjaan. Dimana mereka yang hanya punya motor, punya smartphone, dan berkemauan keras bisa bekerja," ujarnya saat dulu meluncurkan aplikasi Go-Jek.
"Kami juga berusaha untuk mensejahterakan tukang ojek yang mungkin selama ini penghasilannya tidak seberapa dengan memberikan pendapatan tambahan yang didapat dari Go-Jek Indonesia ini," tambahnya.
"Dengan Go-Jek, para pengemudi ojek ini setidaknya lebih produktif karena mereka tidak hanya membawa penumpang saja, tetapi juga membantu berbelanja dan juga mengirimkan paket yang mana itu semua bisa menambah pendapatannya," ungkap Nadiem.
Tak dinyana, Go-Jek cepat melesat sampai sekarang, di mana ekosistem ojek online sudah semakin matang dan valuasi Go-Jek sudah tembus USD 1 miliar. Dan nama Nadiem pun ikut melambung. Jika membahas ojek online, namanya pun hampir selalu disebut. (fyk/rou)
Tahun 2011, Go-Jek sebenarnya sudah dirintis. Tapi barulah layanan itu melesat sejak peluncuran aplikasinya di ponsel Android dan iOS pada awal tahun 2015.
Menurut berbagai sumber, Nadiem sendiri berasal dari keluarga terpandang. Ayahnya, Nono Anwar Makarim seorang aktivis dan pengacara terkemuka keturunan Minang dan Arab.
Sejak kecil, dia terbiasa diantar jemput dengan mobil pribadi. Nadiem pun mendapatkan pendidikan bergengsi di luar negeri. Sekolah menengahnya di Singapura dan New York.
Kemudian, ia masuk ke Brown University, sebuah kampus di Rhode Island, Amerika Serikat. Tak berhenti sampai di situ, ia melanjutkan kuliah pasca sarjana di Harvard Business School dan meraih gelar Master of Business Administration.
Kembali ke Indonesia, Nadiem sempat bekerja sebagai konsultan sebelum mendirikan Go-Jek. Ia pernah mengaku memang gemar menggunakan layanan ojek untuk menembus kemacetan Jakarta.
Terbersit di pikirannya untuk memudahkan penumpang dan pengojek terhubung dengan aplikasi smartphone. Dan lahirlah aplikasi Go-Jek pada awal tahun 2015.
Menurutnya, Go-Jek punya tujuan mendorong perubahan agar sektor transformasi sektor informal seperti ojek agar yang tadinya bekerja serabutan dengan pendapatan yang tidak menentu bisa beroperasi secara profesional dengan pendapatan lebih baik.
"Kami di sini berusaha untuk menawarkan solusi lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan pekerjaan. Dimana mereka yang hanya punya motor, punya smartphone, dan berkemauan keras bisa bekerja," ujarnya saat dulu meluncurkan aplikasi Go-Jek.
"Kami juga berusaha untuk mensejahterakan tukang ojek yang mungkin selama ini penghasilannya tidak seberapa dengan memberikan pendapatan tambahan yang didapat dari Go-Jek Indonesia ini," tambahnya.
"Dengan Go-Jek, para pengemudi ojek ini setidaknya lebih produktif karena mereka tidak hanya membawa penumpang saja, tetapi juga membantu berbelanja dan juga mengirimkan paket yang mana itu semua bisa menambah pendapatannya," ungkap Nadiem.
Tak dinyana, Go-Jek cepat melesat sampai sekarang, di mana ekosistem ojek online sudah semakin matang dan valuasi Go-Jek sudah tembus USD 1 miliar. Dan nama Nadiem pun ikut melambung. Jika membahas ojek online, namanya pun hampir selalu disebut. (fyk/rou)
Berita Terkait
Baca Juga
News Feed
-
Kasus ZTE Jadi Cambuk China Lepas Ketergantungan AS
Minggu, 22 Apr 2018 12:01 WIBKasus ZTE agaknya menjadi momentum bagi China agar mantap melepaskan ketergantungannya kepada teknologi AS. -
iPhone X Diprediksi Tamat Timbulkan Polemik
Minggu, 22 Apr 2018 11:23 WIBSeorang analis memprediksi Apple akan menghentikan produksi iPhone X tahun ini karena penjualannya tak sesuai ekspektasi. -
Lepas dari Yahoo, Flickr Dicaplok SmugMug
Minggu, 22 Apr 2018 10:20 WIBMeski kalah populer jika dibandingkan Instagram, Flickr masih bertahan. Situs berbagi foto ini kini punya pemilik baru bernama SmugMug. -
ZTE Dilumpuhkan Amerika, Ini Peringatan China
Minggu, 22 Apr 2018 09:28 WIBSanksi berat yang dijatuhkan AS melalui Departemen Perdagangan kepada ZTE tentu mengusik pemerintah China. Mereka pun menebar peringatan. -
FotoINET
Berbagai Foto Sebelum dan Sesudah yang Mengesankan
Minggu, 22 Apr 2018 08:08 WIBMelihat sebuah perubahan memang seringkali mengejutkan. Berikut berbagai foto sebelum dan sesudah mulai dari yang lucu, menyedihkan hingga mengesankan. -
Samsung Yakin Papan Tulis Digitalnya bakal Laris
Minggu, 22 Apr 2018 07:45 WIBDijual perdana tahun ini, Samsung yakin papan tulis digitalnya yang dinamai Flip bakal laku di pasaran khususnya di Indonesia. -
Kuis
Fotostop: Biru
Minggu, 22 Apr 2018 07:30 WIBWarna biru memberikan kesan menenangkan, tenang dan juga damai. Warna biru pun bisa dijadikan objek foto yang menarik. Yuk ikutan kuis fotostop detikINET. -
Yuk Belajar Coding Lewat Game
Minggu, 22 Apr 2018 07:13 WIBInkubator internal milik Google bernama Area 120 merilis sebuah game yang bertujuan untuk mengajari penggunanya coding dalam bahasa JavaScript. -
Dibanderol Rp 52 Juta, Samsung Flip Bisa Apa Saja?
Minggu, 22 Apr 2018 06:46 WIBFlip, papan tulis digital milik Samsung, resmi dijual di Indonesia dan sejumlah negara lainnya. Dibanderol Rp 25 juta, apa keunggulannya? -
Callind, Aplikasi Lokal Pesaing WhatsApp Resmi Diluncurkan
Sabtu, 21 Apr 2018 22:10 WIBSejak dirintis 2016, Callind yang adalah buah karya dari Novi Wahyuningsih perempuan asal Kebumen, meresmikan layanan pesan instan pesaing WhatsApp.