Ahli kacamata senior dari Bupa Optical Karen Makin asal Australia menyebutkan, sebelumnya sudah ada bukti yang memperlihatkan keterkaitan antara headset VR dengan masalah mata, meski memang perlu riset lebih jauh lagi untuk menggali dampaknya dalam penggunaan jangka panjang.
"VR adalah teknologi mengagumkan dan akan memainkan peranan besar di masa depan. Sudah ada banyak riset mengenai dampaknya dan ini menjadi perhatian karena efek jangka panjangnya belum diketahui," sebutnya seperti dikutip dari situs News.com, Minggu (26/2/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dunia nyata, mata kita berkonvergensi dan fokus pada poin yang sama. Di dunia virtual, mata akan fokus pada layar yang sebenarnya jauh dari mata, namun mengkonvergensi perubahan objek di dunia virtual.
"Jika Anda melihat layar komputer atau smartphone dan tablet, mata terkonvergensi sehingga mereka bertemu pada jarak yang sesungguhnya. Fokus mata pada jarak tersebut baik dan setara. Di VR, layar hanya sebagai jarak pendek," paparnya.
Para pembuat headset VR sendiri termasuk Google, Samsung dan Sony terus mengembangkan VR mereka lebih baik lagi dan ramah bagi mata.
Sejauh ini, dampak menggunakan headset yang langsung terlihat dan sering dialami sebagian pengguna adalah pusing dan ingin muntah. Karenanya para pembuat headser VR merekomendasikan agar pengguna headset tidak berlama-lama dan beristirahat setiap 15 menit sekali. Headset VR juga tidak diperkenankan untuk digunakan oleh anak di bawah 12 tahun (rns/rns)