Microsoft Sangat Bergantung Pada Mereka
Hide Ads

Laporan dari Toronto

Microsoft Sangat Bergantung Pada Mereka

Ardhi Suryadhi - detikInet
Kamis, 14 Jul 2016 17:45 WIB
Andreas dan Sjafril. Foto: detikcom/Ardhi Suryadhi
Jakarta - Dengan status sebagai raksasa teknologi dunia, Microsoft pastinya diisi oleh deretan talenta. Namun Microsoft bukanlah apa-apa tanpa mereka. Siapa?

Para partner, sosok inilah yang membuat Microsoft sangat ketergantungan. Bahkan CEO Microsoft Satya Nadella secara gamblang menyebut bahwa perusahaan yang didirikan Bill Gates itu sangat partner sentris.

"Misi Microsoft adalah memberdayakan setiap individu dan setiap organisasi di planet ini untuk menggapai pencapaian yang lebih. Acara ini (Microsoft Worldwide Partner Conference-red) bukan untuk merayakan produk Microsoft, tetapi bagaimana memberikan solusi kepada para partner kami untuk meningkatkan bisnisnya," kata Satya di panggung Microsoft Worldwide Partner Conference 2016 di Air Canada Centre, Toronto.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gabriella Schusster, Corporate Vice President Worldwide Partner Group pun menyebut partner sangat mempengaruhi bisnis Microsoft. Tak heran jika Microsoft sangat menjaga kemampuan para partner untuk mengembangkan bisnisnya.

"Kami terus mengucurkan investasi yang besar untuk para partner. Mulai dari melakukan pelatihan, sertifikasi dan terus memberikan berbagai peluang bagi mereka untuk berkembang, membangun solusi mereka kepada pelanggan," ujarnya.

Pentingnya keberadaan para partner ini dibuktikan dengan fakta bahwa 90% revenue Microsoft pada tahun fiskal lalu berasal dari partner, mulai dari reseller, distributor, system integrator, independent software vendor (ISV), lisencing solution provider dan lainnya. Sebab, Microsoft tak bisa jualan secara langsung ke pengguna, namun harus melalui partner lokal mereka.

Andreas Diantoro, Presiden Microsoft Indonesia mengungkapkan bahwa partner adalah segalanya bagi Microsoft. Dan mereka akan selalu mengandalkan para partnernya sebagai garda terdepan untuk menggenjot revenue.

"Microsoft tak bisa bekerja sendiri. Microsoft perlu partner network untuk membuat kita berada di mana-mana, dan kalau tidak maka kita gak scalable. Dan alasan kenapa Microsoft di Indonesia sukses karena partner juga. Opex (operational expenditure) kita jadi mahal kalau tak ada partner, dan harga produknya juga bakal kemahalan," kata Andreas.

"Tapi dengan partner yang banyak ini, mereka bisa mengambil sebagian tekanan yang ada dan bisa mereka jual sebagai solusi atas nama Microsoft. Teknologinya dari kita, desain mungkin dari kita, tapi mereka punya keahlian yang mungkin sama dengan Microsoft untuk mengimplementasikannya di lapangan, dan mengkustomisasinya. Itu kenapa Microsoft dan partner terus bergandengan tangan sejak Microsoft berdiri dan mungkin jauh untuk waktu yang akan datang," paparnya.
Rombongan partner dari Indonesia yang menghadiri Microsoft Worldwide Partner Conference 2016 di Toronto, Kanada.
Sementara dari kacamata partner, Presiden Direktur Mitra Integrasi Informatika (MII) Sjafril Effendi menilai bahwa hubungan antara Microsoft dengan para partnernya merupakan simbiosis mutualisme alias saling bargantung. Dan dengan teknologi dari Microsoft pula, para partner ini juga dapat menciptakan lahan bisnis baru.

"Misalnya ada OS Windows bisa kita bundling dengan laptop yang kita jual. Kalau database ada Microsoft SQL, jadi ada bisnis baru yang muncul dengan kita dompleng dari partnership dengan Microsoft," tutur Sjafril.

"Termasuk ketika Microsoft berkembang ke arah business application, business security, maka portofolio kita (partner-red.) juga berkembang cepat, termasuk implementasi agar profitnya lebih besar serta insentif-insentif yang ada," imbuhnya.

Microsoft pun punya satu divisi khusus yang punya budget besar guna mengelola para partnernya. Di divisi inilah muncul berbagai pelatihan, program sertifikasi untuk mengangkat kompetensi para partner untuk saling bertarung inovasi di marketplace yang telah disediakan. Jadi aplikasi-aplikasi partner dari Indonesia juga bisa dilihat seluruh dunia.

Acara di Toronto sendiri β€” Microsoft Worldwide Partner Conference 2016 β€” merupakan hajatan akbar tahunan yang memang didedikasikan khusus untuk para partner sang raksasa teknologi tersebut.

Dalam acara yang dihadiri oleh sekitar 16 ribu audiens tersebut Microsoft dengan para partner menyampaikan visi untuk setahun ke depan di bawah komando CEO Microsoft Satya Nadella. Ajang untuk update teknologi, sharing ilmu sampai networking pun jadi makanan wajib sehari-hari para peserta yang hadir dari berbagai penjuru dunia tersebut.

"Misi kami ingin memberdayakan individu dan organisasi di seluruh dunia untuk mencapai hal yang lebih, kami ingin mengubah dunia untuk menjadi tempat yang lebih baik. Di sini kami ingin menyamakan visi dan membantu partner supaya mereka bisa masuk ke digital transformation sehingga pada akhirnya juga dapat menciptakan produk untuk melayani konsumennya," tutup Andreas. (ash/fyk)
Berita Terkait