Kebiasaan Browsing Ungkap Kepribadian Seseorang
Hide Ads

Kebiasaan Browsing Ungkap Kepribadian Seseorang

Rachmatunnisa - detikInet
Kamis, 09 Jun 2016 13:32 WIB
Foto: thinkstock
Kuala Lumpur - Ketika online, seseorang tak bisa begitu saja berlindung di balik layar digital. Sebuah studi terbaru menyebutkan, kebiasaan browsing saja bisa mengidentifikasi seseorang.

Hasil studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Teknologi di Malaysia memperlihatkan bahwa kebiasaan browsing netizen membentuk semacam ciri khas digital individu.

"Riset kami memperlihatkan ciri-ciri kepribadian seseorang dapat diuraikan mengenai kebiasaan berinternet mereka secara umum," sebut Ikusan R. Adeyemi yang memimpin penelitian, seperti dilansir Times of India, Kamis (9/6/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Studi ini berbeda dari studi lain sejenis yang hanya meneliti penggunaan platform media sosial seperti Facebook dan Twitter," sambungnya.

Dia menambahkan, level kesadaran seseorang dapat dikenali dalam sesi browsing selama 30 menit. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, riset terkait hubungan kepribadian dengan penggunaan komputer umumnya fokus pada media sosial.

Para ekstrovert cenderung menggunakan platform ini untuk memperluas pertemanan dan pengaruh mereka. Sementara introvert menghabiskan lebih banyak waktu di media sosial sebagai penyeimbang kurangnya interaksi fisik di dunia nyata.

Kebiasaan browsing secara umum juga merefleksikan pilihan dan preferensi seseorang yang dikontrol oleh karakteristik piskologis yang unik.

Studi yang dipublikasikan di jurnal Frontiers in ICT ini melibatkan partisipan dari Universiti Teknologi dengan memonitor penggunaan internet mereka, termasuk durasi sesi berinternet, jumlah website yang dibrowsing dan jumlah total permintaan yang dibuat.

Sebagai tambahan, partisipan diminta melengkapi sebuah tes untuk mengungkap karakteristik personal mereka dan dikelompokkan dalam lima kategori: keterbukaan terhadap hal baru, kehati-hatian, extroversion, keramahan dan neurotisme.

Analisis data-data tersebut, yang bisa memiliki banyak implikasi, mengungkapkan kuatnya keterkaitan di antara kepribadian seseorang dan kebiasaan browsing.

Pada akhirnya, data semacam ini bisa membantu para online marketer untuk menyesuaikan produk mereka dengan audience yang mereka sasar. Selain itu, bisa juga dipakai untuk mengembangkan layanan internet pintar yang bisa memprediksi dan menyesuaikan pengalaman pengguna.

"Data ini dapat pula digunakan sebagai pelengkap untuk meningkatkan keamanan identifikasi online. Penegak hukum bisa memanfaatkan hasil temuan kami untuk proses investigasi dalam sebuah kasus kejahatan," tambah Adeyami. (rns/ash)