Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
'Akhirnya, Saya Bikin Email Juga'

'Akhirnya, Saya Bikin Email Juga'


Rachmatunnisa - detikInet

Foto: Rachmatunnisa
Jakarta - Nikmah tampak canggung menyentuh layar tablet 7 inch di genggaman tangannya. Bersama beberapa orang lain di aula kantor Dinas Diskoperindag Lombok, Nusa Tenggara Barat, dia tekun belajar membuat email.

Bagi wanita berkerudung yang juga ketua Koperasi Harapan Bersatu, desa Bakan Daya ini, membuat email menjadi kebutuhan yang akan mengantarkannya menjangkau lebih banyak konsumen.

"Beberapa anggota koperasi kita minta untuk ikut pelatihan ini. Supaya nantinya bisa jualan lewat Facebook di internet. Sekarang sudah mulai jualan online. Baru-baru kerajinan kami nerima pesanan dari Jogja," kata Nikmah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sama halnya dengan Nikmah, Lale Alon Sari Ketua Koperasi Wanita Stagen, desa Batu Jai, menilai pelatihan pemasaran secara online bisa menjadi terobosan bagi semua anggota asuhannya dalam memasarkan produk ikat tenun lebih luas lagi.

"Saya gak bisa yang begitu-begitu (main gadget). Makanya senang sekali ada pelatihan pemasaran online. Kita kendalanya selain tingkat produksi yang rendah, karena masih dikerjakan secara manual. Dan penjualannya juga terkendala keterbatasan modal usaha dan jaringan," tuturnya.

Koperasi Nikmah dan Lale adalah koperasi terpilih yang diikutkan Samsung dalam program One Village One Product (OVOP)mereka.

Melalui program ini, selain memenuhi kebutuhan fasilitas alat produksi, Samsung juga membekali pelatihan rutin dan mendasar dalam memanfaatkan internet untuk pemasaran produk bagi para anggota kedua koperasi ini.

Pelatihan yang diajarkan dimulai dari hal paling sederhana yaitu cara membuat email, memaksimalkan penggunaan akun media sosial dan langkah-langkah dalam pembuatan fanpage Facebook.

Mengajari pemasaran online kepada peserta yang benar-benar baru mengenal internet memang harus ekstra sabar. Purwanto, salah satu relawan yang mengajar pemasaran online mengaku kerap mendapat kejutan dengan berbagai kejadian lucu saat pelatihan.

"Misalnya saja, sering sekali terjadi peserta lupa nama email. Sudah buat dua kali, lupa nama dan passwordnya apa. Ketika buat akun juga susah karena namanya sering sudah dipakai. Jadi yang seperti itu ada ceritanya sendiri," kata Purwanto mencontohkan.

Meski demikian, bagi pria yang juga bekerja sebagai digital media strategist tersebut, pengalaman semacam itu justru memperlihatkan antusiasme peserta mempelajari hal baru.

"Dengan ada pelatihan ini saya harap biar mereka familiar dulu. Biar mereka bisa melakukan pemasaran lewat media sosial. Kita ajari dari yang paling basic. Dan mereka nyatanya memang antusias dan sadar harus berhubungan dengan digital. Pasar di luar sana luas banget dan banyak yang mau beli produk mereka," terangnya.

Sementara itu, Head of Corporate Citizenship Samsung Indonesia Ennita Pramono mengatakan, tujuan program OVOP antara lain termasuk juga mengubah pola pikir para pelaku usaha kecil menengah (UKM) di daerah mengenai pentingnya internet untuk ekspansi bisnis.

"Saya merinding ketika ada salah satu peserta pelatihan yang kemarin baru belajar, dengan gembira kasih tahu kita dapat pesanan dari Facebook. Jadi ya kita memang harus terjun langsung ke bawah, ketemu langsung karena mereka ini para pelaku utama industri UKM," sebut Nita.

Samsung juga mengajarkan cara mengisi konten di media online termasuk akun media sosial, bagaimana berinteraksi dengan konsumen, serta melakukan pencarian mengenai pembuatan produk yang mereka buat sehingga lebih bervariasi. Β 

"Jadi tenun ikat ini gak sekedar kain tapi ada yang dibuat tas, sepatu dan lain-lain. Kerajinan anyaman ketak juga produknya lebih beragam mulai dari tatakan gelas, tas, tudung saji, banyak pilihannya," terangnya. (rns/fyk)





Hide Ads