Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Cerita Startup
Engineer Silicon Valley Pun Banting Setir Jual Kerajinan
Cerita Startup

Engineer Silicon Valley Pun Banting Setir Jual Kerajinan


Ardhi Suryadhi - detikInet

Ilustrasi (qlapa)
Jakarta -

Merintis sebuah startup itu ibarat jalan untuk merengkuh kesuksesan atau memang sebagai pelampiasan atas ide-ide gila yang terpendam. Nah, bagi mantan engineer Silicon Valley yang satu ini sepertinya alasan nomor dua yang dipilihnya.

Siapa sih yang tidak ingin bekerja di Silicon Valley? Wilayah yang terletak di San Fransisco, Amerika Serikat ini merupakan 'surga' bagi perusahaan teknologi. Mereka yang punya karir di sini berarti sudah diakui kemampuannya, jangan ditanya lagi soal gaji, pastinya sudah berada di level teratas.

Salah satu orang Indonesia yang punya kesempatan emas bekerja di Silicon Valley adalah Fransiskus Xaverius. Frans -- demikian ia biasa dipanggil -- termasuk beruntung lantaran punya pengalaman beberapa tahun bekerja sebagai software engineer di sejumlah raksasa Silicon Valley, mulai dari Google, BlackBerry, Zynga, Castlight, dan Homejoy.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun ternyata, gaji tinggi dan kehidupan nyaman di Negeri Paman Sam tak lantas membuat Frans puas. Ada hal yang mengganjal di hatinya, yakni untuk kembali dan membangun Indonesia dengan kemampuan yang dimilikinya.

"Tinggal dan bekerja di Silicon Valley memang jauh lebih baik. Sebagai engineer, kompensasi dan peluang karir memang sangat besar di Amerika Serikat. Namun, saya bisa melihat bahwa Indonesia berkembang dengan sangat pesat. Ada banyak masalah yang dapat diselesaikan dan ada banyak peluang yang dapat dikembangkan dengan teknologi," lanjut Frans, dalam keterangannya yang diterima detikINET, Rabu (25/11/2015).

Dalam perjalanannya, Frans kemudian mengenal Benny Fajarai pada tahun 2014. Keduanya tak cuma berstatus teman tetapi bisa dikatakan juga sebagai 'lawan tanding' dalam arti yang positif.

Sebab, keduanya sering berdiskusi dan saling mengkritik ide-ide gila satu sama lain. Benny juga kerap bertanya kepada Frans seputar teknis pengembangan web dan aplikasi mobile.

"Sejak saat itu, ternyata untuk kali ini kami juga cukup gila dan bersemangat merealisasikannya. Frans memutuskan untuk kembali ke Indonesia, dan akhirnya terlahirlah Qlapa,” imbuh Benny.

Qlapa adalah situs jual beli online khusus untuk produk handmade dan kerajinan tangan. Pembeli dapat membeli produk unik langsung dari pembuatnya di seluruh Indonesia.

"Saya sendiri selalu ingin kembali dan berkontribusi untuk Indonesia. Yang membuat saya tertarik untuk membangun Qlapa adalah misi kami untuk memberdayakan kreativitas lokal dengan teknologi," lanjut Frans.

"Selama di Amerika, saya berkesempatan untuk bekerja di beberapa perusahaan teknologi terbaik dan mendapatkan banyak pembelajaran yang saya bawa kembali ke Indonesia untuk membangun Qlapa. Saya optimistis, kami bisa membangun Qlapa dengan menggabungkan budaya kerja, pengalaman, dan kemampuan kami yang berbeda dan saling melengkapi," imbuhnya, semangat.

Benny sendiri mulai terjun ke industri kreatif di Indonesia sejak tahun 2010, dan selalu kagum dengan kreativitas lokal dari Indonesia. Pada saat itu ia punya mimpi sederhana, yaitu dapat memperkenalkan dan memberdayakan kreativitas lokal melalui internet.

Hal itu yang menginspirasinya mendirikan perusahaan pertamanya, Kreavi dua tahun kemudian. Kreavi adalah jejaring online yang menampilkan karya-karya dari puluhan ribu desainer dan kreator visual berbakat dari Indonesia.

"Di awal tahun 2015, saya meneruskan kepemimpinan di Kreavi kepada rekan saya dan mulai mencari ide baru untuk meneruskan mimpi awal saya di industri kreatif. Pada saat itu saya mengunjungi Bali dan menyempatkan diri melihat banyak pusat kerajinan lokal yang menginspirasi. Sangat mengagumkan bagi saya menyaksikan bagaimana kearifan budaya dan buah tangan Indonesia menarik minat pengunjung lokal maupun internasional. Saat itulah saya menemukan ide Qlapa, dan menceritakannya ke Frans," papar Benny.



Keterangan foto: Tim Qlapa.


Memajukan Kerajinan Tangan Lewat Teknologi

Harus diakui, Indonesia tengah banjir startup. Jadi ketika Anda punya produk atau layanan baru tentu harus punya ciri khas agar bisa dilirik pengguna.

PR besar ini juga berlaku bagi Qlapa. Namun mereka melihat, beberapa tahun ini, produk kerajinan tangan Indonesia mulai mendapat apresiasi yang lebih besar dari pasar lokal dan internasional. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, industri kerajinan tangan adalah salah satu sub-sektor terbesar di industri kreatif Indonesia, dengan memberikan dengan menghasilkan Rp 21 triliun nilai ekspor dan Rp 145 triliun dari konsumsi rumah tangga.

Animo masyarakat sendiri juga semakin meningkat. Salah satu pameran produk kerajinan tangan terbesar Indonesia, Inacraft, berhasil menarik 154.363 pengunjung dan menghasilkan total penjualan senilai Rp 115,7 miliar dan kontrak dagang senilai USD 9,1 juta (sekitar Rp 122 miliar) hanya dalam waktu 4 hari pameran. Tren ini juga diikuti oleh kalangan anak muda dengan munculnya berbagai bazaar dan pameran produk handmade seperti Brightspot Market, Pop Up Market, Sunday Market, dan lainnya.

Melihat kondisi pasar itu, Qlapa ingin membantu para pengrajin produk handmade di Indonesia agar bisa lebih maju lagi. Diluncurkan tanggal 1 November lalu, Qlapa sendiri adalah situs marketplace online khusus untuk produk handmade dan kerajinan tangan buatan Indonesia. Di sini, pembeli dapat membeli produk handmade yang unik langsung dari pembuatnya.

Tapi Qlapa diklaim didirikan bukan cuma karena mengikut peluang dan tren yang ada. Benny selaku CEO dan Fajar sebagai CTO Qlapa melihat masih banyak hal yang perlu dibenahi di industri kerajinan tangan Indonesia.

(ash/fyk)







Hide Ads