Sejak Marissa Mayer memimpin Yahoo di 2012, memang banyak kebijakan yang berubah. Di bawah kepemimpinan bos cantik tersebut, segala hal dilakukan demi efisiensi dan meningkatkan produktivitas. Lambat laun, kolaborasi dengan Microsoft pun melonggar.
Ini terjadi tepatnya April 2015, ketika Yahoo dan Microsoft mencapai kesepakatan baru. Kesepakatan ini memungkinkan Yahoo tak hanya mengeksplorasi opsi bisnis pencariannya tetapi menyudahi kesepakatan kolaborasi dengan Microsoft hanya dengan pemberitahuan tertulis setelah 21 Oktober.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yahoo akan menggunakan layanan Google pada properti yang dimiliki dan dioperasilan sendiri oleh Yahoo (Yahoo Properties) dan pada properti mitra afiliasi tertentu (Affiliate Sites) di Amerika Serikat, Kanada, Hong Kong, Taiwan, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Indonesia, Malaysia, India, Timur Tengah, Afrika, Meksiko, Argentina, Brasil, Kolombia, Chile, Venezuela, Peru, Australia dan Selandia Baru," demikian petikan deskripsi kesepakatan tersebut.
Sementara itu, Microsoft menolak memberikan komentar soal kesepakatan baru di antara Yahoo dan Google. Perusahaan yang bermarkas di Redmond, Washington, Amerika Serikat ini mengatakan bahwa Yahoo masih menjadi mitra mereka.
"Kami tetap berkomitmen pada kemitraan dengan Yahoo, dan akan terus melayani sebagian besar trafik Yahoo seperti yang disebutkan dalam perpanjangan kontrak. Yahoo adalah mitra penting dan kami ingim tetap melayani customer periklanan kami melalui Bing Ads marketplace," kata Microsoft.
Ini menjadi pukulan telak bagi Microsoft yang masih mengucurkan jutaan dolar demi membuat Bing jauh lebih baik dari Google.
Bing saat ini memiliki porsi sekitar 20% di pangsa pasar mesin pencarian. Sejumlah analis memprediksi, putusnya hubungan kerjasama dengan Microsoft sedikit banyak bisa berdampak pada performa Yahoo.
(rns/ash)