Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Menegangkan, Mudik 'Disesatkan' Google Maps

Menegangkan, Mudik 'Disesatkan' Google Maps


Fino Yurio Kristo - detikInet

Ilustrasi (ist)
Jakarta -

Bagi Tiwi dan suaminya, musim Lebaran tahun ini adalah pengalaman mudik pertamanya dari Jakarta ke kampung halaman di Magelang. Karena belum tahu jalan, mereka memutuskan mengandalkan layanan peta Google Maps. Yang terjadi kemudian adalah, pengalaman yang benar-benar mendebarkan.

"Kami berasumsi peta itu pasti akurat dan jalannya udah diperhitungkan. Tapi jadinya kami diarahkan ke jalanan sepi banget, beberapa rusak parah banget. Malah cuman mobil kami yang lewat situ," Tiwi mengisahkan pengalamannya mengandalkan Google Maps.

Saat perjalanan pulang kampung di daerah Pekalongan menuju Magelang, mereka diarahkan menjauhi jalan utama dan masuk ke jalanan kampung yang tak beraspal. Kondisinya berbatu-batu, sempit dan tak ada satupun mobil lewat situ.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ketika kami tanya ke penduduk sekitar mereka bilang jangan lewat situ. Agak berbahaya karena berbatu-batu terus menanjak. Ya udah daripada kenapa-kenapa, kami putar balik ke jalan raya lagi," papar Tiwi.

Menjelang sampai ke Magelang, mereka diarahkan lagi ke jalan pintas yang sempit di daerah Temanggung, berpisah dari jalan utama. Tapi untungnya sudah beraspal bagus dan sesekali ada mobil lewat. Sampailah mereka di Magelang dengan selamat.

Tiba waktunya pulang ke Jakarta, mereka tidak kapok memakai Google Maps. Pasangan suami istri yang baru menikah setahun itu tak mengira akan menjalani pengalaman yang benar-benar menegangkan.

Melewati Temanggung menuju Pekalongan, mereka sempat beriringan dengan banyak mobil yang juga berniat balik ke Jakarta. Tapi lama kelamaan, mobil-mobil itu mengambil jalan lain. Dan di sebuah belokan sempit yang diarahkan Google Maps, tinggal mobil Tiwi yang jalan.

"Kami mulai panik karena hari sudah malam. Tapi karena masih berpikir positif, ya kami tetap mengikuti panduan Google ini," kata Tiwi.

Mereka pun menembus perkampungan penduduk yang tidak ada satupun mobil lewat. Sesekali mereka berpapasan dengan motor. Lama-kelamaan, jalan yang dilalui semakin rusak.

Dan bahkan mereka harus melalui jalanan di tengah sawah yang sangat sepi, gelap gulita tanpa penerangan sedikit pun, berlubang parah dan hanya bisa dialui satu mobil. Bahkan tidak bisa memutar balik.

"Saya sudah pasrah. Kalo begini terus, saya berniat nginap saja di rumah penduduk terdekat. Udah setengah putus asa," kata wanita yang bekerja di perusahaan keuangan ini.

Mereka pun mulai tak mempedulikan Google Maps dan bertanya ke penduduk sekitar. Untungnya mereka diyakinkan kalau jalan itu mengarah ke jalan besar, tapi harus sabar dan hati-hati mengingat kondisinya.

Setelah berkali-kali bertanya dan melalui jalan yang tak karuan bentuknya, Tiwi dan sang suami bisa bernapas lega. Akhirnya setelah sekitar satu jam, mereka bergabung lagi di jalan raya menuju Pekalongan bersama rombongan besar pemudik.

Tiwi pun membagikan sedikit tipsnya bagi yang mengandalkan Google Maps untuk perjalanan jauh. "Sepertinya peta Google ini memilih jalan yang paling sepi dan paling cepat. Tapi kalau nggak yakin, mending tetap lewat jalan utama daripada melalui jalan pintas yang berisiko," katanya.

Jika tidak mengikuti panduan yang disarankan semula, Google Maps akan langsung menyesuaikan dengan menyusun rute ulang. Jadi peta ini akan tetap mengarahkan ke tujuan sesuai jalan yang diambil.

Tiwi sendiri belum kapok mengandalkan Google Maps. Tapi ia memastikan akan tetap mengambil jalan utama yang ramai dan mengabaikan kalau diarahkan ke jalanan yang tidak jelas.

(fyk/ash)





Hide Ads