Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
d'Preneur Spesial Surabaya
Filosofi ATM di Bisnis Digital
d'Preneur Spesial Surabaya

Filosofi ATM di Bisnis Digital


Ardhi Suryadhi - detikInet

Yansen (kiri) saat acara d'Preneur Spesial Surabaya (asep/detikINET)
Surabaya - Dulu Friendster pernah berjaya, lalu berurutan muncul Facebook, Twitter, Path dan lainnya. Kalau diperhatikan, deretan produk digital nan populer tersebut mirip-mirip.

ATM -- Amati, Tiru dan Modifikasi -- inilah filosofi yang kerap digunakan oleh penggiat bisnis digital atau pengusaha lainnya. Apakah boleh? Tentu saja, apa salahnya!

Yansen Kamto, CEO Kibar Kreasi Indonesia mengatakan, filosofi ATM sah-sah saja dilakukan. "Dulu ada Friendster, ada (fitur) testimonial yg sangat terkenal di Friendster. Dari situ diambil oleh Facebook dengan fitur wall-nya, kemudian ada Twitter dengan 140 karakter, lalu Path yang menawarkan fitur cukup 500 orang saja. Jadilah itu inovasi baru," paparnya dalam acara d'Preneur Spesia Surabaya.

Jadi ketika ada satu-dua produk yang mirip bisa dibilang sebagai 'korban' dari tren. Namun mengikuti tren tak salah dipilih. Tetapi harus ada unsur modifikasi yang dilakukan, jangan lantas membuat produk mirip namun tak ada hal berbeda yang ditawarkan.

Selain itu, pintar-pintar mempelajari massa juga bisa menjadi amunisi mujarab dalam menciptakan produk baru. Hal ini pula yang dilakukan Twitter yang dapat dengan lihai mempelajari massa.

"Seperti di Indonesia, kalau kita tahu di Indonesia tuh eksis, narsis, selfie sampe mampus. Kenapa gak bikin aplikasi? Kita gak bisa coding, cari teman yang bisa coding, jadi kita bertukar value. Apalagi sekarang gampang banget menjual online, di mana-mana banyak toko online," lanjut Yansen, ceplas-ceplos.

Pandai membaca fenomena dan massa juga telah sukses dilakukan oleh Go-Jek, aplikasi yang mewadahi para tukang ojek di pinggir jalan.

"Di jakarta naik ojek itu gak cuma susah, harga itu berdasarkan suku dan ras. Tapi dengan Go-Jek, aplikasi gak melihat ras, suku dan agama. Itu solusi buat saya sebagai seorang China yang (kerap) dizalimi," kelakar Yansen dan disambut riuh 2.500 peserta yang memenuhi Dyandra Convention Center.

Kini, Go-Jek telah memperluas ekspansi layanannya dengan tak cuma mengantarkan penumpang. Tetapi juga makanan dan barang.

Contoh lainnya yang diangkat Yansen adalah Traveloka yang dikatakan punya selling point dengan tawaran harga tiketnya yang lebih murah, sehingga juga menjadi favorit pelancong.

"Jadi pikirkan untuk membuat bisnis yang memecahkan masalah. Eksperimen baru dari apa yang terjadi, tapi yang membedakannya adalah eksekusinya," tutupnya.

(ash/asj)







Hide Ads