Tak sedikit perusahaan elektronik berlomba-lomba menciptakan produk paling inovatif dengan teknologi mutakhir menjanjikan efisiensi waktu, tempat serta tenaga untuk menyasar konsumen kelas atas dengan mobilitas tinggi.
Namun tak seperti ponsel pintar yang kini seakan menjadi benda primer, kebutuhan masyarakat akan perangkat rumah pintar (smart home appliance) masih coba diraba sejumlah perusahaan elektronik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami masih mempelajari kecenderungan perilaku masyarakat dalam menggunakan smart appliances," ujar James, saat konferensi pers dalam rangkaian acara LG Home Appliances Press Tour di LG Twin Tower, Yeoui-daero, Yeongdeungpo-gu, Seoul, Korea Selatan, Kamis (4/12/2014).
James pun mengakui bahwa perangkat dengan embel-embel 'smart' saat ini memang belum terlalu familiar dan tidak bisa dikatakan mudah dalam penggunaannya, meskipun tujuannya adalah membuat hidup konsumen lebih mudah.
James mengambil contoh lampu dengan sensor gerak. Ketika sang pemilik masuk ke dalam rumah, lampu otomatis akan menyala dan saat pergi, maka lampu akan mati dengan sendirinya.
Pemasangan teknologi sensor gerak di dalam rumah ini memang sedikit rumit ketimbang memasang lampu biasa. Namun ke depannya akan lebih memudahkan aktivitas karena tak perlu lagi menekan tombol sakelar.
Perangkat rumah pintar pun bisa membantu meminimalisir pemakaian energi karena hanya terpakai saat digunakan saja. Dari situlah James melihat adanya celah untuk menjadikan perangkat rumah pintar sebagai kebutuhan gaya hidup masyarakat modern.
"Jika menjelaskan 'smart' dalam bingkai yang sangat besar, jujur perangkat 'smart' ini memang masih agak sulit digunakan. Tapi kita bisa melihat kenyamanan dari sisi lain. Hemat energi adalah area 'nyaman' yang ditawarkan perangkat rumah dengan smart technology ini," tambah pria yang bekerja di LG Electronics sejak 1986 ini.
Menurutnya ada dua keunggulan yang ditawarkan perangkat rumah pintar kepada konsumen. Pertama adalah benda itu sendiri, dengan teknologi yang membuat perangkat bergerak atau bekerja sendiri tentu memudahkan pengguna dalam beraktivitas.
"Intelligence area, itu yang kami bidik," tukas James.
Kedua adalah interaksi antara pengguna dengan alat rumah tangga yang digunakan. Teknologi pintar memungkinkan pengguna untuk berinteraksi bahkan 'berkomunikasi' dengan perangkat elektronik di rumahnya.
"Seperti yang baru-baru ini diluncurkan, perangkat dengan teknologi HomeChat. Anda tidak hanya memencet tombol mesin untuk menyala tapi bisa mengajaknya berbicara layaknya teman," tuturnya.
James pun optimis perangkat elektronik pintar akan mendapat dan sudah mulai memiliki tempatnya sendiri di pasaran. Tak hanya Korea Selatan tapi juga negara
(hst/tyo)