"Saya iri dengan Jepang. Di sana gak ada animasi luar. Yang ada animasi lokal dan itu ditonton warga Jepang. Keirian ini yang membuat saya bersikeras teman-teman pelaku animasi di sini juga bisa melakukan itu," kata Ignatius, berbicara di salah satu sesi talkshow Baron International Animation Festival (BIAF) 2014 di Cimahi.
Sejak kembali dari negeri Sakura, Ignatius menyadari bahwa pengembangan sumber daya manusia (SDM) sangat penting. Itu sebabnya, sejak sekarang pemerintah melakukan berbagai upaya percepatan untuk menyiapkan generasi mendatang lebih kreatif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakan Ignatius, tidak ada alasan bagi Indonesia untuk tidak ikut ambil bagian dalam industri konten dunia. Apalagi pasar industri animasi dikatakannya sangat besar.
"Sekitar USD 270 miliar di dunia. Jadi sangat besar sekali. Dan Indonesia sendiri adalah pasar yang besar. Saya ingin yang datang ke Indonesia, jangan cuma jadikan kami pasar, ayo kita sama-sama buat sesuatu," ujarnya.
Ignatius sendiri yakin pemerintahan yang baru akan meneruskan upaya percepatan di industri kreatif termasuk animasi. Dalam arah dan strategi rencana pengembangan jangka panjang ekonomi kreatif, salah satunya adalah memikirkan ketersediaan sumber daya kreatif yang profesional dan kompetitif.
"Saya mulai dari apa yang pemerintah bantu canangkan bahwa kita berdaulat dalam
politik, berdikari dengan ekonomi dan kita bermartabat dengan bangsa lain kita sama. Gak perlu minder setelah do the best. Saya optimistis kepemimpinan pak Jokowi akan mendukung pemain kita menjadi pemain kelas dunia," sebutnya.
Belajar dari industri animasi di Iran, Malaysia dan Prancis, dikatakan Ignatius bahwa inisiatif pemerintah memang wajib. Majunya peran animasi di tiga negara tersebut karena peran pemerintahnya.
"Peran pemerintah sangat penting dalam membentuk budaya dan mendukung industri kreatif, seperti tadi diceritakan bagaimana di Iran, Malaysia dan Prancis," simpulnya.
(rns/ash)