Soal internet menjadi alat bullying sebetulnya bukan kisah baru. Beberapa berita pernah mengangkat dari Facebook dijadikan tempat saling ejek. Namun, apa yang dikritik Ask.fm beralasan. Sebab akun anonim bebas berkomentar di sini.
Pendiri Ask.fm Ilya dan Mark Terebin pun angkat bicara, lebih tepatnya berang dengan tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Dua bersaudara ini juga merasa bahwa mereka juga menjadi korban bullying.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya hanya ingin menegaskan bahwa tidak ada korban bunuh diri karena Ask.fm," tegas Ilja, sembari mengatakan bahwa kesalahan sebetulnya ada di masyarakat.
"Kami mengajarkan bully? Lihatlah ke media. Anda punya otot atau tidak? Anda keren atau Anda gendut? Anda loser apa tidak? Kami tidak bisa melakukan apa-apa. Ini seperti kita melihat orangtua kita meminum bir, menonton TV dan membaca majalah gosip," katanya lagi.
"Media mengambil itu semua dan mem-bully kami," sebutnya.
Ilja juga berargumen bahwa Ask.fm bukanlah seperti polisi secara personal di setiap apartemen. Dia menganalogikan bahwa sebaiknya setiap orang mempunyai aplikasi untuk memanggil polisi, bukan dijaga satu orang satu polisi.
"Ini adalah tanggung jawab kita. Kita tidak ingin masalah bullying terjadi. Bila Anda melihat ada kejadian tersebut, silakan tekan tombol peringatan. Karena kami bisa menghukum setiap orang yang berkomentar buruk," timpal Mark.
Banyak orang yang meminta Ask.fm untuk ditutup. Namun, dua bersaudara ini yakin jika itu tidak akan menghentikan kejadian bullying itu sendiri.
Ask.fm memang menjadi sorotan beberapa bulan belakangan. Pasalnya, sejak tahun 2012, sudah ada 16 remaja yang menjadi korban bullying.
Bahkan Perdana Menteri Inggris David Cameron pernah menyerukan kepada remaja di negaranya untuk berhenti menggunakan Ask.fm. Cameron juga menuding bahwa Ask.fm menolak untuk membasmi cyberbullying.
"Jadi apa yang Anda ingin lakukan? Menutup Internet? Bullying masih akan terjadi. Mengapa Anda berpikir bullying akan berhenti? Dan orang mengatakan anonimitas adalah masalah. Jangan lupa tentang orang-orang yang membutuhkan anonimitas," sebut Ilya.
Remaja, katanya, takut bahwa pendapat mereka akan dinilai oleh orang lain. Kadang-kadang penting bahwa mereka dapat mengajukan pertanyaan tanpa diketahui asal usulnya.
(tyo/ash)