Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Indonesia Tak Akan Kesulitan Adopsi M2M

Indonesia Tak Akan Kesulitan Adopsi M2M


Achmad Rouzni Noor II - detikInet

Ben Siagian (rou/inet)
Jakarta - Penetrasi pengguna telekomunikasi di Indonesia diyakini sudah lebih dari 100%. Dengan minimnya peluang untuk mencari pelanggan baru dari kalangan manusia, operator telekomunikasi pun mulai beralih mencari pelanggan baru dari segmen mesin.

Pelanggan yang dinamakan machine to machine (M2M) itu, ternyata jumlahnya sudah lumayan banyak di Indonesia. Mulai dari vending machine, GPS tracking, CCTV monitoring, dan lainnya. Telkomsel sendiri mengaku sudah punya 500 ribu pelanggan M2M, sedangkan XL Axiata sudah 100 ribu.

Dalam beberapa tahun ke depan, diyakini jumlahnya akan terus meningkat. Karena, mesin-mesin yang bisa disisipi SIM card ini jumlahnya banyak sekali. Mulai dari pendingin ruangan, kulkas, televisi, radio, motor, mobil, dan lainnya. Jumlahnya tak terbatas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Country Manager Qualcomm Indonesia, Ben Siagian, Indonesia tak akan menemui banyak kesulitan untuk mengadopsi teknologi M2M ini. Sebab, masyarakat sudah makin pintar dan sudah semakin dekat dengan teknologi.

"Indonesia sudah ready untuk adopsi teknologi M2M. Kondisi Indonesia saat ini tak seperti 10 tahun lalu," ujarnya dalam diskusi santai dengan media di LeSeminyak, Pacific Place, Jakarta, Kamis (20/12/2012).

Namun untuk tahap awal, mungkin baru di kota-kota besar saja teknologi M2M ini cepat diadopsi. "Mungkin baru di city tier-1 saja, seperti Jakarta dan Bandung yang lebih cepat. Kota-kota yang tier-2 menyusul, tergantung tingkat adaptasi dan edukasinya juga," kata Ben.

Sebelumnya, Telkomsel sempat memaparkan bahwa dari target 17 juta pelanggan di 2013 nanti, 5%-7% di antaranya akan datang dari segmen M2M seiring terus diperkuatnya infrastruktur mobile broadband. Baik lewat 3G maupun 4G Long Term Evolution (LTE) di tahun berikutnya.

(rou/ash)







Hide Ads