Headset Apple Vision Pro yang sudah lama ditunggu mulai dijual perdana di Amerika Serikat. Perangkat ini dijual dengan harga yang tidak murah, mulai dari USD 3.500 atau sekitar Rp 55 jutaan.
Menurut CEO Apple Tim Cook harga headset Vision Pro sudah sesuai dengan teknologi dan fitur yang ditawarkan Ia menegaskan Vision Pro merupakan teknologi masa depan yang tersedia saat ini.
"Ini adalah teknologi masa depan untuk saat ini, itulah yang saya pikirkan. Kami sudah memiliki. Perangkat itu dipenuhi, kami memiliki 5.000 paten di produk tersebut," kata Cook dalam wawancara di program Good Morning America, seperti dikutip dari 9to5Mac, Minggu (4/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan saya berharap beberapa orang akan membayarnya per bulan, beberapa orang akan langsung membelinya. Saya sudah berbicara dengan banyak orang secara online, mereka akan langsung membelinya. Tapi ke depannya, entah apa yang akan terjadi. Namun menurut kami, kami memberi harga untuk nilai yang tepat saat ini," sambungnya.
Harga headset Vision Pro memang berkali-kali lipat dibandingkan perangkat serupa, walau produk Apple ini memang memiliki teknologi yang lebih canggih. Sebagai perbandingan, headset Meta Quest 3 yang merupakan kompetitor terbesarnya dibanderol dengan harga USD 499 atau sekitar Rp 7,8 jutaan.
Salah satu fitur unggulan Vision Pro adalah bagian depannya yang dibuat tembus pandang, sehingga mata penggunanya bisa dilihat orang lain. Menurut Cook ini merupakan fitur yang sangat bagus karena pengguna Vision Pro tetap bisa terhubung dengan orang di sekitarnya.
"Jadi, Anda dan saya bisa duduk di sini bercakap-cakap sambil mengenakan headset dan kita bisa saling menatap mata. Namun kita juga bisa melihat layar di sekitar kita," ujar Cook.
"Jadi hal ini dapat memperkuat hubungan kita. Kami ingin orang-orang dapat memandang mata satu sama lain, bukan ditutupi headset," imbuhnya.
Lebih lanjut, Cook mengatakan Vision Pro bukan sekedar headset augmented reality, virtual reality, atau mixed reality. Ia menegaskan Vision Pro merupakan perangkat komputasi spasial yang bisa digunakan layaknya komputer.
"Orang-orang akan berinteraksi dengan perangkat itu dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa orang akan terhubung untuk FaceTime. Beberapa orang akan menggunakannya untuk latihan. Ahli bedah akan menggunakannya untuk latihan," ucap Cook.
"Jumlah kasus penggunaannya sudah seperti komputer. Itu luar biasa besarnya. Sudah ada lebih dari satu juta aplikasi untuk perangkat itu," pungkasnya.
(vmp/vmp)