Pasokan jajaran iPhone 14, termasuk iPhone 14 Pro, di dunia bakal terancam akibat demo besar yang berujung ricuh di pabrik Foxconn di Zhengzhou.
Pasalnya pabrik tersebut merupakan pabrik iPhone terbesar di dunia, bahkan Zhengzhou pun sampai disebut 'kota iPhone' karena besarnya pabrik tersebut. Ada lebih dari 200 ribu karyawan yang bekerja di pabrik tersebut, dan memproduksi sekitar 70% total iPhone di dunia.
Demo tersebut memang sekarang sudah berakhir, namun kemudian dampaknya adalah lebih dari 20 ribu karyawan meninggalkan pabrik tersebut setelah mengambil uang kompensasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Padahal sebelumnya Foxconn sudah kesulitan memenuhi pasokan iPhone. Setelah masalah ini, diperkirakan lebih dari 30% produksi pabrik tersebut untuk November terdampak. Dan seorang sumber menyebut kapasitas produksi penuhnya pun tak akan tercapai hingga akhir November ini.
"Masalah pekerja di pabrik Foxconn bisa berdampkan pada pengapalan iPhone pada November," kata Victoria Scholar, head of investment di Interactive Investor.
Akibat demo yang terjadi di Foxconn, saham Apple pun terdampak. Berdasarkan penutupan perdagangan pada Jumat (25/11) lalu, saham perusahaan terpantau turun sampai 1,9%.
Masalah di pabrik iPhone ini berawal dari aturan lockdown ketat yang diberlakukan pemerintah China. Untuk mengakali aturan tersebut, para buruh pabrik Foxconn diwajibkan tinggal di komplek pabrik.
Namun banyak karyawan yang mengeluh tidak betah karena stok makanan yang berkurang dan karantina yang terlalu ketat. Akibatnya, pada akhir bulan kemarin banyak karyawan yang kabur dari area pabrik dan memaksa Foxconn untuk merekrut karyawan baru.
Masalah Foxconn tidak berhenti sampai di situ karena karyawan baru mereka malah bentrok dengan polisi. Karyawan yang bentrok mengaku kecewa dengan kompensasi yang diberikan, dan mengeluh karena harus berbagi asrama dengan kolega yang positif COVID-19.
Foxconn kemudian minta maaf karena telah terjadi kesalahan teknis saat proses rekrutmen. Perusahaan yang bermarkas di Taiwan itu kemudian menawarkan 10.000 yuan (Rp 21 jutaan) bagi karyawan yang rusuh agar mengundurkan diri dan meninggalkan pabrik.
(asj/agt)