Di kesempatan lain, Lei Jun mengisahkan dinamika lain dalam pemberian nama Xiaomi. Bintang Merah, Lada Merah dan Beras Hitam pernah dipertimbangkan.
"Tetapi karena berbagai alasan, tidak ada nama yang diterima. Selama diskusi berikutnya, saya tiba-tiba teringat kutipan favorit saya, Buddha melihat sebutir beras, sebesar Gunung Tu Di," ujarnya. Filosofinya, sebutir beras kecil pun nanti bisa tumbuh menjadi besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Maka tercetuslah Xiaomi. Nama itu segera mendapat persetujuan semua orang. Jadi kami mulai menggunakannya," kenang Lei Jun.
Selain itu, Lei Jun juga mengutarakan pendapatnya tentang pengaruh nama tersebut terhadap perusahaan. Bisakah nama yang terdengar premium mendorong pertumbuhan perusahaan? Jawabannya pasti tidak, katanya.
"Jika sebuah perusahaan kekurangan teknologi inti, produk yang kurang bagus, tidak memperhatikan pengalaman pengguna, maka perusahaan tidak bisa berhasil. Sebaliknya, meski nama perusahaannya sederhana, seluruh tim bisa bekerja keras melalui teknologi dan akhirnya mendapatkan imbalan, jadi semuanya tergantung pada pekerjaan dan orang-orangnya, nilai merek tidak pernah dihasilkan dari namanya," papar Lei Jun.