Gelombang Panas Ekstrem Picu Krisis Listrik di India
Hide Ads

Gelombang Panas Ekstrem Picu Krisis Listrik di India

Rachmatunnisa - detikInet
Jumat, 06 Mei 2022 16:45 WIB
A labourer drinks water as another looks on, on a hot summer day at a grain market in Chandigarh, India April 19, 2016.
Gelombang Panas Ekstrem Picu Krisis Listrik di India. Foto: Reuters/Ajay Verma
Jakarta -

Gelombang panas ekstrem melanda sebagian India. Hal ini menimbulkan lonjakan penggunaan AC yang berimbas pada krisis listrik terburuk di India. Alhasil, kekurangan pasokan listrik akut pun mempengaruhi jutaan orang, karena permintaan listrik melonjak ke tingkat rekor.

Permintaan listrik tumbuh 13,2 persen menjadi 135,4 miliar kilowatt jam (kWh) karena kebutuhan listrik di wilayah utara India tumbuh antara 16 hingga 75%, menurut analisis data Pemerintah India. Pasokan batu bara di banyak pembangkit listrik termal hampir habis, menyebabkan pemadaman listrik terjadi setiap hari di beberapa negara bagian India. Kekurangan tersebut memicu pengawasan lebih ketat pada batu bara, yang menghasilkan 70% listrik negara itu.

Situasi ini lantas menyoroti kebutuhan mendesak India untuk mendiversifikasi sumber energinya, karena permintaan listrik diperkirakan akan meningkat lebih dari tempat lain di dunia selama 20 tahun ke depan, seiring berkembangnya negara berpenduduk padat, menurut International Energy Agency.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kekurangan listrik terjadi saat suhu yang sangat tinggi melanda beberapa bagian negara itu, mendorong pihak berwenang untuk menutup sekolah. Hal ini juga memicu kebakaran di tempat pembuangan sampah raksasa dan membuat banyak tanaman mati karena mata air tiba-tiba berubah menjadi panas yang tak henti-hentinya.

India mencatat, Maret tahun ini adalah bulan terpanas sejak 1901, dan suhu rata-rata pada April di wilayah utara dan tengah negara itu adalah yang tertinggi dalam 122 tahun, menurut Badan Meteorologi India. Temperatur menembus 45 derajat Celcius di 10 kota minggu lalu, meskipun langit berawan dan hujan bisa segera meredakannya.

ADVERTISEMENT

"Perubahan iklim membuat suhu panas lebih parah dan terjadi lebih sering, dengan gelombang panas kemungkinan akan menyerang India sekitar sekali setiap empat tahun, tidak lagi setiap lima dekade seperti di masa lalu," kata Friederike Otto, seorang ilmuwan iklim di Imperial College London, dikutip dari ABC News.

Dia menyebutkan, India sangat perlu mempersiapkan rekor peningkatan konsumsi listrik sebagai hasilnya. Pemadaman listrik saat ini tentunya sangat mengganggu aktivitas ekonomi yang baru saja pulih setelah lockdown pandemi.

Para ahli memperingatkan pemadaman listrik bisa mengganggu banyak sektor, termasuk layanan penting seperti rumah sakit. Banyak negara bagian termasuk Uttar Pradesh, Punjab, Haryana dan Rajasthan mengalami pemadaman listrik hingga tujuh jam.

Pada Jumat (29/4) pekan lalu, kementerian perkeretaapian membatalkan lebih dari 750 layanan kereta penumpang untuk memungkinkan lebih banyak kereta barang memindahkan batu bara dari tambang ke pembangkit listrik.

Krisis energi serupa terjadi Oktober tahun lalu menyusul hujan lebat yang tidak biasa yang membanjiri beberapa tambang. Pembebasan kereta barang untuk mengangkut batu bara kemungkinan akan meredakan situasi dan memberikan sedikit kelegaan, tetapi itu bukan solusi jangka panjang, menurut para ahli.

Dengan perubahan iklim yang memperburuk gelombang panas, kekurangan energi akan menjadi lebih rutin terjadi dan permintaan akan meningkat lebih jauh. Tetapi jawabannya bukanlah dengan membuka tambang baru atau menambahkan lebih banyak batu bara ke dalam campuran energi India, karena hal itu akan meningkatkan gas rumah kaca yang pada gilirannya akan menjebak lebih banyak panas.

"Kita perlu fokus secara agresif untuk memperkuat energi terbarukan dan membuatnya lebih andal. Kalau tidak, masalah yang sama akan terus terjadi, karena kita terlalu bergantung pada satu sumber bahan bakar ini," kata Dahiya.




(rns/agt)