Hampir setiap Samsung merilis seri Galaxy S di Indonesia, pertanyaan yang selalu muncul adalah, "Kenapa bukan versi Snapdragon?" Kini, setelah Samsung membawa seri Galaxy S22 versi Snapdragon ke Indonesia, dan pertanyaan yang muncul adalah, "Kenapa bukan versi Exynos?"
Sebenarnya, kedua pertanyaan ini tak salah juga. Pasalnya, beberapa generasi Galaxy S ke belakang yang dirilis di Indonesia memakai system on a chip (SoC) Exynos yang performanya relatif lebih rendah ketimbang varian Galaxy S dengan SoC Snapdragon.
Sementara Snapdragon 8 Gen 1 yang dipakai di Galaxy S22 versi Indonesia, meski memang punya performa yang kencang, punya satu masalah yang sudah ada sejak Snapdragon 888. Di sisi lain, Exynos 2200 punya satu hal baru yang sebelumnya belum pernah ada, yaitu chip grafis dengan arsitektur RDNA 2 andalan AMD.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai informasi, Snapdragon 8 Gen 1 dan Exynos 2200 punya kemiripan di sektor CPU. Yaitu sama-sama dibuat oleh Samsung Foundry dengan proses 4nm LPE, dan memakai core dengan arsitektur Arm v9 yang terbaru.
Konfigurasi corenya pun sama. Yaitu sebuah core Cortex-X2, tiga core Cortex-A710, dan empat core Cortex-A510.
Snapdragon 8 Gen 1
Sejauh ini baru ada beberapa ponsel di dunia yang memakai SoC andalan Qualcomm untuk 2022 ini. Antara lain adalah OnePlus 10 Pro, Realme GT 2 Pro, Moto Edge 30 Ultra dan Xiaomi 12. Sehingga ulasan performa SoC ini bisa dibilang masih terbatas.
Dalam ulasan Golden Reviewer, Snapdragon 8 Gen 1 di Moto Edge 30 Ultra memang bisa menghasilkan performa kencang saat dipakai bermain Genshin Impact, namun hanya dalam empat menit pertama.
Setelahnya, suhunya meningkat dan performanya mulai menurun, yang ditunjukkan dengan frame rate yang drop sehingga gamenya menjadi terlihat tidak lancar. Bahkan, performanya menurun sampai 40% untuk menstabilkan suhunya.
Tentu performa dan temperatur Snapdragon 8 Gen 1 ini bisa berbeda-beda di ponsel lain, sesuai dengan penanganan yang diberikan oleh pembuat ponselnya. Terlebih lagi, SoC ini memakai arsitektur terbaru, yaitu Arm v9 yang dibuat memakai fabrikasi Samsung 4nm, yang seharusnya sangat efisien dalam konsumsi daya.
Semakin efisien daya yang dikonsumsi seharusnya membuat semakin sedikit panas yang dihasilkan oleh chip. Teorinya begitu.
Exynos 2200
Lalu bagaimana dengan SoC bikinan Samsung sendiri, yaitu Exynos 2200, yang juga dibuat menggunakan arsitektur serupa dan fabrikasi 4nm yang sama?
Dilansir Wccftech, kemampuan CPU Exynos 2200 ternyata tak memuaskan. Dari pengujian yang dilakukan TechAltar, CPU Exynos 2200 hanya 5% lebih kencang ketimbang Exynos 2100 yang dipakai di Galaxy S21.
Pasti GPU-nya kencang dong? Kan dibuat menggunakan arsitektur RDNA 2 andalan AMD yang juga dipakai di PS5 serta Xbox Series X. Ah, tidak juga. Masih menurut TechAltar, GPU Exclipse 920 di Exynos 2200 ini hanya 17% lebih kencang ketimbang Mali-G78 MP14 yang dipakai di Exynos 2100.
Peningkatan terbesarnya malah ada di sektor neural processing unit (NPU), yang bertanggung jawab atas semua kinerja machine learning, artificial intelligence, dan sejenisnya. NPU di Exynos 2200 ini meningkat 115% dibanding Exynos 2100.
Meski performa GPU-nya cuma naik sedikit dibanding Exynos 2100, GPU Xclipse 920 punya satu fitur yang tak dimiliki GPU lain di ranah mobile. Yaitu dukungan akselerasi ray tracing secara hardware dan variable rate shading, yang menurut Samsung sebelumnya hanya ada di PC, laptop, dan konsol.
"Seperti sebuah gerhana (eclipse), GPU Xclipse akan mengakhiri era lama dari mobile gaming dan menjadi penanda mulainya bagian baru yang menarik (di mobile gaming)," tulis Samsung dalam keterangannya.
Sebagai informasi, ray tracing adalah teknologi yang bisa mensimulasikan cahaya layaknya di dunia nyata. Misalnya efek pantulan cahaya, atau bayangan dari kaca atau cermin, yang (biasanya) bisa ditampilkan dengan sangat realistis, setidaknya di PC, laptop, dan konsol.
Belum diketahui apakah ray tracing di GPU mobile ini efeknya akan terasa, karena tentu harus ada dukungan juga dari para pengembang game dan aplikasi.
Perbandingan Snapdragon 8 Gen 1 dan Exynos 2200
Exynos 2200 | Snapdragon 8 Gen 1 | |
Proses Fabrikasi | 4nm EUV (Samsung Foundry) | 4nm EUV (Samsung Foundry) |
CPU | 1x Cortex-X2 3x Cortex-A710 4x Cortex-A510 | 1x Cortex-X2 @ 3GHz 3x Cortex-A710 @ 2.5GHz 4x Cortex-A510 @ 1.8GHz |
GPU | Xclipse 920 (AMD RDNA 2), Ray-Tracing, VRS, HDR10, HDR10+ | Adreno (Adreno 730) @ 818MHz, VRS, Dolby Vision, HDR10, HDR10+, HLG |
DSP | 4K 120Hz, QHD+ 144Hz | 4K 120Hz, QHD+ 144Hz |
NPU | Dual-Core (2x lebih kencang dari Exynos 2100) | Triple Core |
RAM | Quad-Channel LPDDR5 | Quad-Channel LPDDR5 |
Storage | UFS 3.1 | UFS 3.1 |
ISP | Up To 200MP 108MP @ 30FPS 64MP+32MP @ 30FPS 8K 30FPS Video 4K 120FPS Video | Up To 200MP 108MP @ 30FPS 64MP+36MP @ 30FPS 36MP+36MP+36MP @ 30FPS 8K 30FPS Video + 64MP Photo 4K 120FPS Video + 64MP Photo |
RAM | 8 GB | 6 GB |
Storage | 128 GB | 128 GB |
Modem | Integrated 5G Modem (mmWave/Sub-6GHz) Up to 10Gbps (Dual-Connection Mode) Up To 3.67Gbps Upload | Integrated 5G Modem (mmWave/Sub-6GHz) Up to 10Gbps Download Up To 3Gbps Upload |
GPS | BeiDou, Galileo, GLONASS, GPS | BeiDou, Galileo, GLONASS, GPS |
WiFi | Wi-Fi 6E, Wi-Fi Direct | Wi-Fi 6E, Wi-Fi Direct |
Bluetooth | Bluetooth 5.2 | Bluetooth 5.2 |
(asj/rns)