Kisah Dramatis Kebangkitan Huawei dari Sanksi Berat Amerika
Hide Ads

Kisah Dramatis Kebangkitan Huawei dari Sanksi Berat Amerika

Fino Yurio Kristo - detikInet
Rabu, 23 Jul 2025 20:02 WIB
Huawei Mate XT Ultimate resmi rilis global. Layar HP ini bisa dilipat tiga dan bodinya tetap tipis meski sedang tidak dilipat. Berikut penampakannya.
Huawei XT Ultimate. Foto: (Panji Saputro/detikINET)
Jakarta -

Sempat terpuruk akibat pembatasan perdagangan Amerika Serikat selama bertahun-tahun, raksasa telekomunikasi China, Huawei, belakangan bangkit. Tak hanya di jagat smartphone, mereka diam-diam muncul sebagai salah satu pemain besar di sektor AI dan menjadi jawaban China untuk melawan Nvidia.

"Huawei terpaksa mengubah dan memperluas fokus bisnis intinya selama dekade terakhir karena berbagai tekanan eksternal terhadap perusahaan," kata Paul Triolo, pengamat dari DGA-Albright Stonebridge Group yang dikutip detikINET dari CNBC, Rabu (23/7/2025).

Huawei mengerjakan segala hal, mulai mobil pintar, sistem operasi, hingga teknologi AI seperti semikonduktor canggih, data center, chip, dan model bahasa besar. "Tak ada perusahaan teknologi lain kompeten di begitu banyak sektor berbeda dengan tingkat kompleksitas dan hambatan tinggi," imbuh Triolo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tahun ini, CEO Nvidia Jensen Huang semakin vokal menyebut Huawei sebagai salah satu perusahaan teknologi tertangguh di dunia. Ia memperingatkan Huawei akan menggantikan Nvidia di China jika Washington terus membatasi ekspor chip AS.

Huawei, yang sekarang mempekerjakan lebih dari 208.000 orang berasal dari awal sederhana. Didirikan pengusaha Ren Zhengfei tahun 1987 dari sebuah apartemen di Shenzhen, perusahaan ini dimulai sebagai distributor sakelar telepon kecil.

ADVERTISEMENT

Seiring pertumbuhannya menjadi pemain telekomunikasi, perusahaan ini menargetkan pasar seperti Afrika, Timur Tengah, Rusia, dan Amerika Selatan, sebelum akhirnya berekspansi ke tempat-tempat seperti Eropa.

Di 2019, Huawei berada di posisi unggul untuk memanfaatkan peluncuran 5G global. Sekitar waktu ini, Huawei juga salah satu produsen smartphone terbesar dan merancang chip smartphone melalui anak perusahaan HiSilicon.

Namun, kesuksesan Huawei menarik perhatian AS, menuduh teknologi Huawei menimbulkan ancaman keamanan nasional. Bisnis Huawei mengalami kemunduran besar tahun 2019 ketika masuk daftar hitam perdagangan AS, mencegah perusahaan-perusahaan Amerika berbisnis dengannya.

Ketika dampak sanksi mulai terasa, bisnis konsumen Huawei yang dulunya bisnis terbesar berdasarkan pendapatan, berkurang setengahnya menjadi sekitar USD 34 miliar di 2021 dibandingkan tahun sebelumnya.

Namun Huawei masih berhasil membuat terobosan chip AI dan terus maju meskipun ada pembatasan tambahan AS pada tahun 2020 yang memutuskan hubungan perusahaan dengan pembuat chip TSMC. Setahun sebelumnya, Huawei resmi meluncurkan chip pemrosesan AI Ascend 910.

Seiring perang teknologi AS-China meluas dan pembatasan chip canggih diberlakukan, Huawei menjadi pilihan yang jelas untuk menjadi juara nasional China dalam perlombaan tersebut, dengan lebih banyak dorongan dan dukungan negara untuk rencana AI-nya.

Tahun 2023 jadi momen kebangkitan smartphone Huawei dengan rilis smartphone dengan chip canggih buatan China. Chip 5G itu mengejutkan AS, yang tak menyangka Huawei mencapai kemajuan secepat itu tanpa TSMC. Huawei dilaporkan bermitra dengan produsen chip SMIC yang juga masuk daftar hitam AS.

Meskipun analis semikonduktor mengatakan skala produksi chip itu sangat terbatas, Huawei tetap membuktikan mereka kembali ke pasar chip canggih.

Laporan chip prosesor AI baru Huawei, Ascend 910B, pun mulai bermunculan. Perusahaan ini berupaya memanfaatkan celah akibat kontrol ekspor chip tercanggih Nvidia. Produksi massal 910C generasi berikutnya dilaporkan dalam proses. Untuk mengisi kekosongan Nvidia, Huawei mereplikasi kinerja GPU kelas atas menggunakan kombinasi chip lebih rendah. Kita lihat saja bagaimana usaha Huawei terus berkembang.




(fyk/fay)