Xiaomi membantah tuduhan Otoritas Keamanan Siber dan Informasi Lithuania (NCSC) terkait penyensoran sejumlah kata pada fitur pencarian. Tuduhan itu sendiri dimuat dalam laporan bertajuk Penilaian keamanan siber dari perangkat seluler berkemampuan 5G yang dirilis belum lama ini.
"Kami menanggapi hasil laporan tersebut dengan serius. Biarpun kami membantah karakterisasi di temuan tertentu, kami juga bekerja sama dengan dengan pihak ketiga independen untuk menilai beberapa poin yang diangkat dalam laporan tersebut. Kami yakin dengan integritas perangkat serta praktik kepatuhan bisnis kami, dan kami percaya pihak ketiga tersebut akan memverifikasi fakta ini bagi para pengguna dan mitra kami," ujar juru bicara Xiaomi dalam keterangan resmi yang diterima detikINET.
Perusahaan besutan Lei Jun ini menegaskan perangkatnya tidak membatasi atau menyaring komunikasi ke dan dari pengguna. Xiaomi menjamin tidak pernah dan tidak akan pernah membatasi atau memblokir perilaku pribadi penggunanya seperti menelepon, mencari informasi, menjelajah web, atau menggunakan piranti lunak komunikasi milik pihak ketiga. Sayangnya semua itu tidak tercantum dalam laporan NCSC.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam laporan NCSC menunjukkan penggunaan piranti lunak manajemen iklan Xiaomi yang memiliki kemampuan terbatas untuk mengelola iklan berbayar dan push advertising yang dikirim ke perangkat seluler melalui aplikasi-aplikasi Xiaomi seperti Mi Video dan Mi Browser. Menanggapi itu Xiaomi mengatakan hal-hal tersebut dapat digunakan untuk melindungi pengguna dari konten yang menyinggung, seperti pornografi, kekerasan, ujaran kebencian, hingga referensi yang dapat menyinggung pengguna lokal.
"Ini adalah praktik umum di industri smartphone dan internet di seluruh dunia," ujar juru bicara Xiaomi.
"Xiaomi berkomitmen untuk beroperasi secara transparan dan bertanggung jawab pada seluruh yurisdiksi. Kami juga berkomitmen untuk terus meningkatkan inovasi dan menyambut baik keterlibatan dengan para pengguna, regulator, dan pemangku kepentingan lainnya," lanjutnya.
Vendor pembuat ponsel Redmi 10 ini menilai laporan NCSC juga secara keliru menunjukkan pengelolaan data yang tidak tepat. Kenyataannya, Xiaomi mengklaim sepenuhnya mematuhi seluruh persyaratan GDPR, termasuk penanganan, pemrosesan, dan transfer data end-user.
Kepatuhan tersebut berlaku untuk semua sistem, aplikasi, dan layanan. Setiap penggunaan data pribadi bergantung pada persetujuan yang sah dari end-user dan selalu sesuai dengan undang-undang serta peraturan lokal di Uni Eropa dan Negara Anggotanya.
"Xiaomi beroperasi sesuai dengan Standar Manajemen Keamanan Informasi ISO/IEC 27001 (Information Security Management Standards) dan Sistem Manajemen Informasi Privasi ISO/IEC 27701 (Privacy Information Management System). Sejak tahun 2016, setiap tahunnya Xiaomi juga telah menerima Sertifikasi Privasi Perusahaan dari TrustArc. Hal ini untuk memastikan end-user memperoleh perlindungan privasi dan keamanan terbaik," papar juru bicara Xiaomi.
"Xiaomi kembali menekankan bahwa kami berkomitmen untuk menjaga privasi dan keamanan para pengguna. Kami beroperasi dengan standar tertinggi dan mematuhi seluruh peraturan di tingkat lokal dan regional," tegasnya.
(afr/afr)