Ponsel Layar Lipat, Antara Ekspektasi dan Realita
Hide Ads

Duel Ponsel Layar Lipat

Ponsel Layar Lipat, Antara Ekspektasi dan Realita

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Minggu, 20 Sep 2020 09:50 WIB
Insert Duel Ponsel Layar Lipat
Ponsel Layar Lipat, Antara Ekspektasi dan Realita (Foto: detikcom)
Jakarta -

Ponsel layar lipat adalah sebuah inovasi dalam desain ponsel, namun seperti apa realitasnya? Karena, semakin banyaknya penggunaan panel OLED untuk ponsel membuka banyak celah dalam pengembangan ponsel.

Seperti ponsel bisa dibuat lebih tipis atau penggunaan sensor sidik jari di bawah layar, yang dimungkinkan karena panel OLED memang secara fisik lebih tipis karena tak membutuhkan lapisan tambahan berisi LED untuk menerangi layarnya, karena memang setiap pixel di panel OLED bisa menyala secara individu.

Namun tak cuma itu, panel OLED itu selain tipis juga bisa dibuat menjadi lentur dan melengkung. Keunggulan inilah yang membuka celah baru untuk pengembangan desain ponsel, yaitu ponsel dengan layar yang bisa dilipat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harapannya adalah dengan layar yang bisa dilipat, bentuk ponsel bisa lebih kecil -- atau juga tetap dengan ukuran normal -- namun saat dibuka, layarnya bakal menjadi lebih besar dan hampir menyerupai tablet.

Setidaknya, itulah ekspektasi untuk sebuah ponsel dengan layar yang bisa dilipat. Namun, realitasnya, setidaknya sampai saat ini, tak seindah itu.

ADVERTISEMENT

Ponsel layar lipat yang sudah dirilis sejauh ini memang mempunyai ukuran, tepatnya panjang dan lebarnya, seukuran atau malah lebih kecil dari ponsel kebanyakan di pasaran. Namun ada satu aspek yang belum bisa diatasi, yaitu ketebalannya saat dilipat.

Contohnya saja Galaxy Z Fold 2 yang ketebalannya mencapai 16,8mm dalam keadaan tertutup, sekitar dua kali lipat dari ketebalan Galaxy Note 20 Ultra yang hanya 8,1 mm. Galaxy Z Flip pun tak berbeda jauh, ketebalannya saat dilipat adalah 17,3 mm.

Sebenarnya Huawei Mate Xs punya bodi yang lebih tipis dibanding ponsel layar lipat buatan Samsung. Ketebalannya hanya 11 mm dalam keadaan tertutup dan terlihat seperti ponsel normal dalam keadaan tertutup.

Namun sayangnya memang Mate Xs masuk ke kategori ponsel Huawei yang sudah tak lagi kebagian Google Mobile Services (GMS). Mungkin jika nanti Huawei sudah bisa benar-benar mengoptimalkan Huawei Mobile Services (HMS), atau bahkan menghadirkan OS barunya yang bernama HarmonyOS dan tak lagi bergantung pada Android.

Selanjutnya: Pasar ponsel layar lipat...

Mungkin anda akan menganggap, ah cuma beda sedikit, tak sampai 10mm. Namun percayalah, saat dalam genggaman, perbedaan 8mm itu sangat terasa, dan membuat penggunaan ponsel layar lipat dalam kondisi tertutup itu tak senyaman menggunakan ponsel konvensional.

Itu baru segi dimensi. Belum lagi membicarakan harga yang masih sangat tinggi dibanding ponsel konvensional, atau ketahanan beberapa komponen yang masih dipertanyakan, seperti engsel, atau layarnya yang terbuat (atau dilapisi) dari plastik.

Oh ya, ponsel layar lipat yang ada saat ini, tak cuma buatan Samsung, juga bakal menyisakan bekas lipatan pada layarnya. Seperti cekungan pada layar, yang mungkin tak akan mengganggu penggunaan namun tetap saja terlihat dengan jelas oleh pengguna.

Begitu juga jika membicarakan angka penjualannya saat ini, yang masih sangat rendah. Bahkan sampai 2025 mendatang pun penjualan ponsel layar lipat menurut Strategy Analytics baru akan menyentuh angka 100 juta unit. Apakah itu angka penjualan yang besar? Tidak juga. Menurut IDC, pengapalan ponsel pada 2019 sudah mencapai 1,38 miliar unit, dan pada 2025 mendatang tentu angkanya akan jauh lebih besar.

Pasar ponsel layar lipat belum matang

Pasar ponsel layar lipat saat ini masih sangat minim dan tampak belum matang. Indikasinya adalah Apple yang sampai saat ini belum meluncurkan ponsel layar lipat.

Jika melihat ke belakang, Apple adalah perusahaan yang terbilang terakhir masuk ke pasar smartwatch, yaitu lewat Apple Watch. Mereka menunggu pasarnya lebih matang sampai mereka merilis produk di pasar tersebut, dan terbukti, kini mereka adalah pemimpin pasar di ranah smartwatch berdasarkan data Canalys dan Counterpoint Research.

Begitu juga Google, yang sampai saat ini belum meluncurkan Pixel versi layar lipat. Menurut Mario Queiroz, mantan eksekutif Google yang dulunya membawahi divisi Pixel, ponsel layar lipat saat ini belum cukup inovatif, meski memang menarik.

"Hanya melipat ponsel anda, itu menarik, dan mengubahnya menjadi sebuah tablet, itu hanya keunggulan kecil namun tak cukup untuk disebut sebagai sebuah terobosan," ujarnya pada 2019.

Namun mungkin layar lipat -- nantinya -- akan menjadi sebuah terobosan untuk ponsel yang perkembangannya begitu-begitu saja. Ya, kamera lebih bagus, layar lebih besar, baterai lebih awet, namun bentuknya relatif tak berubah selama beberapa tahun terakhir.

Atau bisa juga tidak berkembang dan malah ada inovasi lain soal desain ponsel. Bagaimana menurut detikers?

Halaman 2 dari 2
(asj/fay)