Fast charging tak merusak baterai
Tiga atau empat tahun yang lalu, hampir semua ponsel yang ada di pasaran lazimnya menggunakan charger 5 sampai 10 watt. Namun kini, 18 watt seperti menjadi sebuah standar fast charging yang paling rendah.
Beberapa ponsel sudah dilengkapi charger yang bisa menghantarkan daya mencapai 40 atau bahkan 50 watt. Daya sebesar ini membuat baterai ponsel bisa diisi ulang dari kosong sampai penuh dalam waktu 1 jam saja. Apakah berbahaya?
Tidak, sejumlah ahli menyebutkan teknologi semacam ini tidak merusak baterai kecuali ada masalah teknis di baterai atau chargernya. Namun jika semua berfungsi normal, fast charging tidak akan merusak baterai, baik dalam jangka pendek ataupun panjang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena itulah teknologi fast charging yang ada saat ini, apapun jenisnya, bekerja pada dua tahap. Yaitu menggenjot daya yang dihantarkan ke baterai pada saat kapasitas baterai di bawah 70-80%. Setelah itu daya yang dihantarkan akan berkurang drastis.
Ini karena pada tahap pertama tersebut sel baterai bisa menyerap daya dengan cepat tanpa efek negatif pada daya tahannya. Dan sifat baterai itu yang dimanfaatkan oleh pembuat teknologi fast charging.
Sebagai contoh, Samsung menjanjikan charger 45 watt-nya bisa mengisi baterai dari 0% sampai 70% dalam waktu setengah jam. Sementara Apple mengklaim iPhone 11 Pro bisa diisi ulang dari 0% sampai 50% dalam waktu 30 menit.
Sementara pada 20% sampai 30% terakhir, pengisian baterainya akan berjalan lambat. Karena pada tahap kedua inilah sel baterai berpotensi rusak jika diberi beban tinggi dengan mengisinya menggunakan daya yang besar.