Hal ini membuat ponsel jagoan Huawei itu tak bisa menggunakan Play Store serta aplikasi yang ada di dalamnya. Tak cuma itu, sekalipun pengguna bisa menginstal aplikasi dari pihak lain, belum tentu juga aplikasinya bisa berfungsi karena ketiadaan sejumlah fungsi inti dari GMS.
Untuk itulah Huawei membuat HMS, yang fungsinya kurang lebih seperti GMS. Namun dampaknya adalah mereka harus menggaet developer untuk memindahkan (porting) aplikasinya ke platform itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Khing Seng, saat ini sudah ada sejumlah aplikasi populer dari Play Store yang berjalan normal ataupun cukup normal di HMS. Ia mencontohkan WhatsApp, yang semua fiturnya sudah berfungsi, bahkan bisa kirim lokasi.
"Untuk fungsi lokasi ini banyak yang berasumsi bakal nggak bisa beroperasi, namun tetap bisa," tambahnya.
Ia juga menjanjikan kalau proses memporting aplikasi dari GMS ke HMS itu bukanlah hal yang sulit. Dengan tiga orang yang tepat, proses memporting itu hanya membutuhkan satu hari.
Hanya saja, masalahnya tentu tak berakhir dengan memporting aplikasi tersebut. Karena aplikasinya pun harus terus diperbarui sesuai dengan rencana para developer tersebut.
"Sekarang ini pekerjaan rumahnya adalah bagaimana membuat roadmap mereka sejalan dengan Huawei," pungkas Khing Seng.
(asj/fyk)