Gengsi, 'Bensin' Vendor untuk Rilis Ponsel Tiap Tahun
Hide Ads

Gengsi, 'Bensin' Vendor untuk Rilis Ponsel Tiap Tahun

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Rabu, 26 Sep 2018 21:04 WIB
iPhone XS Max, salah satu dari trio iPhone baru keluaran Apple. Foto: detikINET/Adi Fida Rahman
Jakarta - Pernahkah terpikir mengapa banyak vendor rajin meluncurkan smartphone baru tiap tahunnya? Padahal, beberapa diantaranya tidak membawa pembaruan yang signifikan, baik dari sisi fungsi maupun desain.

Contohnya bisa dilihat dari Apple. Trio iPhone baru, yaitu iPhone XS, iPhone XS Max, dan iPhone XR, banyak dikomentari lantaran tidak memberikan inovasi berarti.


Walau begitu, mengapa masih banyak orang yang ingin membeli ponsel tersebut? Apalagi, antrean di Apple Store pada berbagai negara masih tampak mengular begitu panjang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Nathania Christy, Head of Global Insight Network TrendWatching, firma riset konsumen yang berkantor pusat di London, Inggris, inovasi bukan satu-satunya hal yang dicari oleh konsumen. Ada kebutuhan tersendiri bagi tiap-tiap individu dalam membeli ponsel tiap tahunnya.

"Biarpun dunia ini mau berubah seperti bagaimana pun, kita semua masih manusia yang sama dengan kebutuhan sama. Dan salah satu kebutuhan fundamental kita itu adalah untuk punya status," ujarnya kepada detikINET saat dijumpai pada Rabu (26/9/2018) di Jakarta.

Ya, status, atau disebutnya juga sebagai gengsi. Itu ibarat 'bensin' yang dibutuhkan vendor untuk terus mengeluarkan ponsel baru tiap tahunnya.

"Untuk beli ponsel baru terus itu kebutuhan dasar yang dipuaskan itu adalah status. Apalagi di Indonesia atau di Asia seperti ada kultur yang membuat status menjadi penting sekali," kata perempuan yang akrab disapa Nia itu.


"Dan itu kenapa Apple pintar sekali menjual barangnya karena mereka jual status bukan perangkat. Mereka seakan berkata kalau kamu bisa beli ponsel ini, kamu itu bergengsi sekali," tuturnya menambahkan.

Sekadar informasi, TrendWatching merupakan firma yang didirikan pada 2002 lalu. Mereka juga memiliki kantor perwakilan untuk kawasan Asia di Singapura. TrendWatching sendiri mulai masuk di Indonesia sekitar lima tahun lalu. (mon/fyk)