Trump Minta ZTE Bayar Rp 18 Triliun Supaya Lolos dari Maut
Hide Ads

Trump Minta ZTE Bayar Rp 18 Triliun Supaya Lolos dari Maut

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Senin, 28 Mei 2018 10:20 WIB
Logo ZTE. Foto: Reuters
Jakarta - Setelah sempat melalui proses tarik ulur, akhirnya ZTE dapat terbebas dari hukuman berat yang sempat dijatuhkan pemerintah Amerika Serikat kepada mereka, yang mengancam keberlangsungan perusahaan.

Pemerintah AS telah mencapai kata sepakat untuk mencabut hukuman yang dijatuhkan pada ZTE. Namun ada syarat yang harus dipenuhi ZTE agar mereka dapat menjalankan bisnisnya secara normal. Antara lain membayar denda sekitar Rp 18,1 triliun.

Hal tersebut diumumkan oleh Presiden AS, Donald Trump, melalui akun Twitter miliknya. Menariknya, ia turut menyeret nama Presiden AS sebelumnya, Barack Obama, yang menurutnya tidak mengurusi ZTE dengan benar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Senator Schumer dan Pemerintah Obama membiarkan perusahaan ponsel ZTE terus menggeliat tanpa adanya pemeriksaan keamanan," kicaunya.



"Saya menutupnya dan membuka kembali dengan jaminan keamanan tingkat tinggi, perubahan manajemen dan direksi, keharusan untuk membeli perlengkapan teknologi dari AS, dan membayar denda USD 1,3 miliar (sekitar Rp 18,1 triliun-red). Mereka tidak melakukan apa-apa," tulisnya melanjutkan.

Cuitan Trump tersebut diamini oleh Departemen Perdagangan AS. Lembaga yang bertanggung jawab dalam menjatuhi larangan bagi ZTE membeli perlengkapan teknologi asal korporasi AS selama tujuh tahun menyebutkan perusahaan tersebut harus membayar sejumlah denda dan perombakan tim manajerial. Setelahnya, barulah Departemen Perdagangan AS mencabut sanksi tersebut.

Terkait dengan nominal denda yang ditentukan, Trump mengatakan bahwa angka tersebut merupakan hasil negosiasinya dengan Presiden China, Xi Jinping, sebagaimana detikINET kutip dari Reuters, Senin (28/5/2018). Ia mengatakan dirinya melakukan negosiasi lewat panggilan telepon.

Pencabutan hukuman tersebut ternyata mendapat respons negatif dari salah satu senator, yaitu Marco Rubio. Politisi dari Partai Republik tersebut menulis cuitan melalui akun Twitter miliknya bahwa keputusan tersebut salah dan akan membiarkan ZTE berkembang hingga mengalahkan AS.

"Bagi pemerintah, ini merupakan penalti yang sepadan bagi ZTE setelah melakukan pelanggaran. Bagi saya, ini akan membuat China terus mencuri teknologi dan IP untuk mengejar dan melewati kami (AS)," kicaunya.



"Mereka tidak akan berhenti sampai mereka dihadapkan dengan konsekuensi yang signifikan. Salah satunya seperti ZTE akan dilanda kebangkrutan," tulisnya menambahkan.

Terlepas dari silang pendapat antara Trump dengan Rubio, ZTE tampaknya bisa bernapas lega karena mereka kembali bisa memanfaatkan perlengkapan teknologi dari perusahaan asal AS. Beberapa di antaranya adalah chip dari Qualcomm dan sistem operasi Android yang sangat vital untuk lini produk ponsel mereka.





(fyk/fyk)