Dilarang Pakai Teknologi Amerika, ZTE: Keterlaluan!
Hide Ads

Dilarang Pakai Teknologi Amerika, ZTE: Keterlaluan!

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Jumat, 20 Apr 2018 14:08 WIB
Foto: Ponsel ZTE
Jakarta - ZTE menanggapi sanksi yang dilayangkan oleh Amerika Serikat (AS) terkait ponsel Android besutannya. Menurut vendor asal China ini, sanksi tersebut tidak adil dan keterlaluan.

Hukuman yang dijatuhkan kepadanya oleh Departemen Perdagangan AS, dinilai ZTE sangat tidak adil dan tak dapat diterima. Perusahaan mengungkapkan sanksi ini tak hanya memberi efek buruk bagi mereka, namun juga para pihak yang bekerja sama dengannya, termasuk sejumlah korporasi asal Negeri Paman Sam sendiri.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hukuman yang dimaksud adalah pemblokiran terhadap kegiatan impor perusahaan tersebut dari perusahaan asal AS, baik secara langsung atau melalui negara lain, selama tujuh tahun. Hal ini, membuat ZTE terancam tidak dapat menggunakan prosesor dari Snapdragon hingga kehilangan lisensi Android.

Sanksi tersebut, sebagaimana disebutkan oleh Departemen Perdagangan AS, diberikan karena ZTE telah berbohong mengenai langkahnya menghukum para pegawai yang terlibat dalam kerja sama perusahaan tersebut dengan Iran dan Korea Utara. Bukannya memberi sanksi, lembaga tersebut mengatakan bahwa perusahaan infrastruktur telekomunikasi ini tetap memberi bonus penuh.

Sebelumnya, tahun lalu ZTE ketahuan mengirim perlengkapan telekomunikasi kepada negara di dalam daftar hitam AS itu. Atas perbuatannya, korporasi asal Negeri Tirai Bambu itu menyetujui membayar denda USD 1,2 miliar atau sekitar Rp 16,5 triliun, sebagaimana detikINET kutip dari CNN, Jumat (20/4/2018).



Meski begitu, ZTE bukannya tak melakukan perlawanan terhadap pemblokiran kegiatan impor mereka. Perusahaan yang berkantor pusat di Shenzen ini menilai Departemen Perdagangan AS telah mengabaikan betapa sulit ZTE sudah mengikuti aturan ekspor di sana serta harus berurusan dengan orang-orang yang lalai menjalankan tugas sehingga malah berujung pada sanksi berat.

"Kami sudah mempekerjakan firma hukum asal Amerika Serikat untuk melakukan investigasi secara independen. ZTE tidak akan menyerah untuk menyelesaikan isu ini lewat dialog dan komunikasi, sekaligus juga melindungi hak legitimasi kami melalui jalur hukum," ujar pihak ZTE. (agt/rou)