Ya, setidaknya ini berdasarkan pengalaman travel selebgram Kenny Santana, yang jika ditelisik kebiasaan ini memang kerap dilupakan oleh banyak pengguna Instagram.
Memang, hal ini tak lantas instan bakal menjadikan Anda sebagai selebgram. Sebab untuk bisa mendapatkan status sebagai selebgram dengan ratusan ribu atau bahkan jutaan follower itu harus melalui sebuah proses. Selain pula perlu ada karya yang konsisten di sini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya, foto dengan komposisi simetris, dengan barisan lampu-lampu yang membingkai jalan di malam hari, ataupun ornamen-ornamen indoor di dalam museum.
![]() |
Keutuhan gambar juga penting, contohnya foto patung jangan sampai terpotong di bagian kaki, atau bagian atasnya. Komposisi warna juga bisa jadi salah satu cara untuk menghasilkan foto yang Instagramable.
"Jadi pas melihat dengan mata itu harus melihat yang masuk di frame. Kalau bisa jangan sampai kaki kepotong. Misalnya tadi gue juga patung di Galleria Borghese, gak cuma patung doang tapi ada ceilingnya masuk frame. Karena foto-foto simetris banyak orang suka," jelas Kenny di sela event Samsung Forum di Roma, Italia.
Dari pengalamannya, Kenny juga menyebut pengguna Instagram lebih menyukai foto-foto portrait ketimbang lansdcape. Sebab, cenderung lebih fokus.
Terkait selfie juga diimbau agar tak terlalu banyak-banyak, lebih oke memilih gaya foto plandid (plan+candid) alias foto candid yang sudah direncanakan. Seperti berpura-pura tengah berbincang saat di kedai kopi, tengah berjalan di depan landmark ataupun gaya natural lainnya.
Selanjutnya adalah memilih waktu menjepret foto. Dimana biasanya foto-foto dramatis bisa dihasilkan ketika momen temaram, city lights di malam hari ataupun saat senja dimana langit lebih mengeluarkan cahayanya. Landmark-landmark juga terlihat berbeda di malam hari dengan tambahan lampu. Misalnya Trevi Fountain di Roma yang terlihat lebih dramatis dan cantik di malam hari ataupun tempat-tempat lainnya.
![]() |
Nah, setelah foto-foto yang dihasilkan kece dan komposisi sudah bagus selanjutnya bagaimana memaksimalkan tools lain agar eksistensi foto kita lebih nendang.
Pertama adalah dengan mengaktifkan fitur tag location. Orang-orang yang sedang mencari info tentang lokasi tertentu biasanya akan search lewat Instagram sehingga foto kita bisa keluar di feed itu.
"Kalau bingung nama tempatnya bisa menggunakan fitur Bixby Vision Samsung jadi lebih gampang untuk mencari tahu nama landmark atau lokasi satu tempat yang dikunjungi," kata Kenny.
Kemudian memilih hashtag juga menjadi bagian penting. Namun hashtag ini juga tak bisa sembarangan, tetapi harus mengikuti hashtag yang terkenal dan relevan. Kenny sendiri biasanya gak mau terlalu banyak mikir soal hashtag yang dipilihnya. Ia lebih suka menggunakan aplikasi Focalmark untuk memberinya rekomendasi soal hashtag. Tinggal memasukkan nama kota yang dikunjungi, aktivitas yang dilakukan serta kamera/gadget yang digunakan.
Setelah itu akan keluar hashtag yang direkomendasikan dan kita tinggal copy paste hashtag tersebut. Biasanya agar caption tetap rapih serta tidak terlihat 'menyampah', Kenny lebih memilih memasukkan rekomendasi hashtag dari Focalmark tersebut di kolom komentar.
![]() |
Kebiasaan receh lainnya seperti membalas komentar follower juga dianggap sebagai bagian penting untuk memperkuat engagement. Ya, jika dirasa itu memberatkan atau komentarnya sudah terlalu banyak, bisa saja cukup memberikan tanda 'love' di komentar yang masuk.
Oh iya, soal jam posting juga bisa diperhatikan. Pastikan posting di jam-jam yang bukan saat sibuk kerja. Misalkan pagi jam 8-9, dimana orang berangkat kerja atau masih di dalam perjalanan ke kantor. Kemudian saat jam makan siang serta sore ke malam di sekitar pukul 17-20 itu juga bisa jadi golden time untuk posting di Instagram.
IG Stories Ternyata Powerful
Satu fitur lainnya yang kerap dilupakan pengguna Instagram adalah IG Stories. Fitur ini ternyata dinilai Kenny punya dampak yang cukup signifikan, mulai dari sisi engagement, mendapatkan ide hingga menambah jumlah follower.
Awalnya, Kenny menganggap IG Stories itu cuma buat 'nyampah', dimana berbagai hal bisa ia umbar semua di situ. Namun lama-lama, ia melihat potensi dari IG Stories lebih dari sekadar tempat mengeluarkan isi kepala.
Salah satu hal receh adalah ia bisa meningkatkan engagement dengan followernya ketika memberikan tips trik travelling atau meminta rekomendasi tentang suatu tempat yang tengah dikunjunginya.
"Di IG Story, gue bisa cerita soal cara bikin visa, kartu kredit, insurance travel, gw bisa nyampah di situ berdasarkan pengalaman pribadi dan ternyata banyak orang dapat insight dan bisa menambah follower. Karena ada kemungkinan ketika ada yang menontonnya lantas merekomendasikan ke temannya yang lain," ungkap Kenny.
"Gue juga surprise IG Story dan DM (direct message) itu juga ngaruh. Seperti kemarin ada 1-2 orang nanya bakal ke Trevi Fountain gak? Nitip dong bikin IG Story, orang-orang masih melempar koin gak ya? Terus yaudah pas lempar koin gue ngomong, ini buat kalian yang nitip lempar koin, mudah-mudahan kalian bisa ke Roma ya. Terus pas gue posting IG Story malah mereka yang gak nitip lempar koin jadi malah banyak yang merespons DM gue dan bilang amin, amin, amin. Jadi malah banyak yang merespons dan nambah engagement," lanjutnya.
Memang, aktivitas ini terlihat sepele tetapi Kenny yakin jika niatnya baik, pada akhirnya juga bakal mendapatkan balasan setimpal. Tak harus pamrih atas dasar 'demi menambah follower'.
"Dalam beberapa hal kan orang itu senang diperhatikan. Tapi tujuan utama gue bikin IG Stories itu bukan sengaja-sengaja untuk nambah follower, tapi gue senang menghargai follower gue. Dan kalau dengan begini (lewat postingan di Instagram atau IG Stories-red.) gue bisa membuat senang mereka, ya kenapa tidak," pungkas sosok di balik akun @KartuPosInsta tersebut.
(ash/rou)