Menjawab pertanyaan tersebut, Brand Manager PT Vivo Indonesia Edy Kusuma mengaku tidak khawatir terjadi kanibalisme di antara pasar V7 dan V7+. Hal ini karena keduanya memang diciptakan untuk menghadirkan lebih banyak varian yang bisa dipilih pengguna.
"Oh enggak sih. Enggak khawatir. Ini justru positif bagi kami. Mengapa positif? Karena kami merasa bahwa ini jadi memberikan pilihan ke konsumen kami. Mereka bisa memilih produk mana yang lebih cocok, apakah V7 atau V7+," ujar Edy ditemui detikINET di Hotel Manhattan, Jakarta, Kamis (16/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Saat ini kalau kami pasar yang disasar hampir merata. Karena Vivo ini kan untuk V series, terutama V7+ dengan harga Rp 4.699.000. Kami juga ada smartphone dengan kelas di bawah Rp 2 juta juga ada. Jadi merata," tambah Edy.
Seperti diketahui, V7 memiliki layar yang sedikit lebih kecil dari V7+, yakni 5,7 inch berbanding 5,9 inch. Kapasitas memorinya juga lebih kecil, yaitu 32 GB berbanding 64 GB.
Namun, untuk spesifikasi lainnya, seperti penggunaan chipset, RAM, baterai, sampai sensor kamera semuanya sama. Untuk V7 sendiri memang diciptakan untuk menyasar generasi milenial, terutama mereka yang hobi selfie dan bermain game. Hal ini karena smartphone dibekali fitur Game Mode untuk menyingkirkan notifikasi selama bermain game.
Saksikan video 20detik untuk melihat keunggulan Vivo V7 di sini:
[Gambas:Video 20detik] (mag/rns)