Seperti diketahui, gaung Sharp di Indonesia tidak seagresif produsen ponsel asing pada umumnya, terutama dari China. Seperti dituturkan oleh President Director Sharp Mobile Indonesia Johnny Lin hal ini karena dalam beberapa tahun ke belakang Sharp masih sibuk mengurus proses peralihan setelah diakusisi oleh Foxconn.
"Seperti diketahui, dua tahun lalu Sharp pernah mengalami kesulitan di finansial dan terjadi akuisisi oleh Foxconn. Jadi bisa dibilang ada sekitar satu setengah tahun mempersiapkan diri untuk memulai lagi. Dan saat ini menjadi momennya," ujar Johnny ketika ditemui detikINET di The Hook, Jakarta, Rabu (27/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebelum merilis Sharp R1, Sharp di bulan Juni lalu baru saja merilis dua seri ponsel, yakni Z2 dan M1. Penjualannya diakui bagus, walau tidak menjual dalam partai banyak.
"Penjualannya cukup oke. Karena kita tidak mengharap banyak. Kami sedang memperkuat fondasi kami di Indonesia supaya siap melayani semua konsumen," paparnya.
Johnny pun ingin Sharp tidak berjualan secara besar-besar dan mendapat untung, tapi yang penting adalah membangung kepercayaan. "Kami dari Sharp itu pelan-pelan. Kami menyiapkan rencana yang bagus, servis yang bagus. Tidak mungkin langsung jualan banyak. Kecuali brand yang terkenal. Kalau tidak susah," tegasnya.
Setelah seri Z dan M tadi, Sharp rencananya akan memboyong brand dalam lima seri, yakni S, H, A, R, dan P. Huruf-huruf yang menjadi seri smartphone ini memang diambil dari huruf yang membentuk nama perusahaannya. Masing-masing seri itu akan menyasar pasar yang berbeda.
"Jadi, R ini yang baru dirilis di atasnya P. Boleh dibilang sekitar Rp 2 jutaan lah. Paling tingginya S. Nah, sebenarnya ada juga X. Tapi kami belum bisa bilang," pungkasnya. (mag/rou)