Tips Bikin Video 360 dari Sutradara 'Filosofi Kopi'
Hide Ads

Tips Bikin Video 360 dari Sutradara 'Filosofi Kopi'

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 30 Nov 2016 12:06 WIB
Angga Dwimas Sasongko (Foto: detikINET/Rachmatunnisa)
Jakarta - Virtual reality (VR) menyajikan pengalaman menyaksikan tayangan 360 derajat yang terasa nyata. Daya tarik ini memikat sineas seperti Angga Dwimas Sasongko yang tertarik membuat film dengan format 360 derajat.

Dikatakannya, dengan marak konten 360 derajat di YouTube, Facebook dan berbagai platform lainnya, sangat mungkin tren kamera 360 menyasar industri film. Pasalnya, evolusi dunia perfilman pun bergantung pada teknologi kamera dan pengambilan gambar.

"Media berubah sangat cepat. Saya mengalami dari bikin film dengan kamera yang pakai teknologi disc, lalu 2010 saya mulai pakai kamera yang ada SD card-nya. Empat tahun kemudian gak cuma tools yang berevolusi, tapi juga cara penonton menikmati konten," ujar sutradara film Filosofi Kopi ini, di acara #360Stories Media Training, Lembang, Bandung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di saat televisi rumah sudah mulai ditinggalkan, peralihan konsumen ke konten digital pun mulai meningkat. Konten yang bisa mereka konsumsi pun semakin beragam dan jauh lebih unik. Apalagi dengan didukung perkembangan tools membuat konten yang sudah semakin canggih.

"Ke depannya saya yakin bahwa konten film dan drama sangat memungkinkan dibuat menggunakan kamera 360," ujarnya.

Tips Bikin Video 360 dari Sutradara 'Filosofi Kopi'Foto: detikINET/Rachmatunnisa


Tantangan membuat konten 360 derajat

Diakui Angga, daya tarik virtual reality memikatnya membuat film dengan format 360 derajat. Sukses dengan Filosofi Kopi, Angga berencana membuat Filosofi Kopi 2 dalam format 360 derajat. "Sekarang masih tahap nulis skrip. Awal 2017 dijadwalkan udah mulai syuting," katanya.

Adapun tantangan terbesar membuat film dengan format 360 menurutnya adalah bagaimana menyajikan format tersebut bisa dinikmati penonton, sehingga mereka benar-benar merasakan pengalaman 360 derajat yang menyatu dengan ceritanya.

"Teknik pengambilan gambarnya harus dipikirin. Kalau biasanya cuma ngambil di satu sisi, di 360 derajat kita ngambil semua sudut. Dan gak kalah penting adalah story telling yang kuat," ujarnya.

Dalam format apapun, story telling menjadi kekuatan utama orang mau melihat konten. Orang akan mudah berpaling ketika kesan pertama konten tersebut tidak menarik.

"Menghadapi penonton itu kita harus mempertimbangkan critical 10 second. Dalam 10 detik mereka gak suka, bisa langsung ganti aja. Jadi penting untuk membuat penonton engage dengan apa yang kita buat," sarannya.

Terkait teknik pengambilan dan pengeditan gambar 360 derajat, jauh sebelum ada kamera 360, banyak para pakar fotografi dan videografi mencoba menciptakan momen dengan mode 360 derajat.

"Makan biaya gak sedikit dan perlu banyak peralatan. Tapi dengan sekarang banyak tools seperti Gear 360, orang mudah berkreasi, diedit dan langsung bisa dishare Facebook dan YouTube dengan format 360 derajat," tutupnya.

(rns/rou)