Hal tersebut disampaikan oleh Adrie R Suhadi, Country Lead Mobile Business Group Lenovo Indonesia. Menurutnya ada kemungkinan merek Lenovo dan Motorola digabungkan jadi satu merek di pasar smartphone. Namun sejauh ini kebenaran informasinya masih menunggu konfirmasi dari pusat.
"Kami masih menunggu dari pusat, bisa jadi ke depan pakai nama Lenovo-Moto atau tetap dipisah. Belum tahu," ungkap Adrie R. Suhadi, Country Lead Mobile Business Group Lenovo Indonesia, di ballroom gedung Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Kamis (20/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sebelum itu terjadi, Lenovo menggunakan strategi segmentasi untuk Motorola. Maksudnya adalah, Lenovo dan Motorola akan mengincar segmen yang berbeda. Tujuannya agar kedua merek tidak saling makan satu sama lain.
Lenovo akan dipercaya untuk menangani segmen menengah ke bawah, sedangkan Motorola ditugaskan untuk mengincar segmen yang lebih tinggi yakni menengah hingga high-end. Adapun Moto E3 Power yang jadi ponsel pertama Motorola bikinan Indonesia disiapkan untuk menangani segmen menengah.
Karena mengincar segmen menengah, kapasitas produksi yang diberikan Lenovo untuk ponsel ini tidak tinggi. Di awal produksinya Moto E3 Power hanya dijatahi kuota 90 ribu unit per bulan. "Sedangkan untuk yang (segmen) high-end, sekitar 75-150 ribu unit per bulan," ujar Adrie.
Sayang belum ketahuan ponsel high-end Motorola apa yang bakal diproduksi di pabrik Lenovo di Serang, Banten nantinya.
Untuk urusan TKDN, Lenovo memilih jalur hardware dengan kombinasi 70%-20%-10%. Pembagiannya 70% hardware, 20% software, dan 10% sisanya dalam bentuk investasi. Menariknya, tak hanya merakit di pabrik Indonesia, Lenovo juga mengklaim hardware yang digunakannya sebagian sudah berasal dari local source.
"Sebagian sudah local source (Indonesia-red), tapi ada juga yang masih dari luar," pungkasnya. (yud/fyk)