Pertanyaan tersebut coba dilontarkan kepada Head of Product Marketing Samsung Electronic Indonesia Ubay Bayanudin. Ia pun mengajak untuk kembali ke beberapa tahun ke belakang saat Samsung memperkenalkan smart TV.
Kala itu vendor asal Korea Selatan ini membawa teknologi smart TV dan 3D. Mereka tidak mengetahui teknologi mana yang bakal bertahan di pasaran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Teknologi smart TV lebih mudah diterima oleh masyarakat di Indonesia. Jadi masih menjanjikan ke depannya. Tinggal mengedukasi dan menyediakan konten, itu kuncinya," ujar Ubay saat ditemui usai acara Samsung All Star di Jakarta, Selasa (3/5/2016).
Pada jajaran smart TV terbarunya, Samsung mengusung Tizen. Sistem operasi ini dinilai punya kemampuan yang lebih baik.
"Saat booting, hanya membutuhkan waktu 1,8 detik. Sementara saat transisi konten 2,1 detik dan screen mirroring dibutuhkan waktu 1,6 detik," jelas Ubay.
Samsung turut melengkapi televisi pintarnya dengan Smart View yang dapat menampilkan konten dari perangkat tablet mauapun ponsel. Lalu ada pula application content casting yang kemampuannya mirip Chromecast.
Kian memudahkan, Samsung menyediakan single remote control. Alhasil, pengguna tidak perlu menggunakan banyak remote untuk mengontrol perangkat hiburan mereka.
"Satu remote bisa digunakan untuk televisi, konsol games, TV kabel, blu-ray player dan lain-lain," pungkas Ubay. (afr/ash)