Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Wawancara Eksklusif Bos Samsung
Industri Teknologi Indonesia Sehebat Korea, Apa Bisa?
Wawancara Eksklusif Bos Samsung

Industri Teknologi Indonesia Sehebat Korea, Apa Bisa?


Adi Fida Rahman - detikInet

Jakarta -

Korea Selatan telah tumbuh menjadi negara maju di segala bidang, termasuk teknologi. Negeri Gingseng ini memiliki koneksi internet terkencang di dunia. Selain itu, beragam inovasi teknologi telah banyak dihasilkannya.

Tentu saja kondisi ini jauh berbeda dengan Indonesia. Internet belum merata dan koneksi pun masih lambat. Inovasi di bidang teknologi pun masih sedikit. Namun demikian, Vice President Samsung Indonesia, Lee Kang Hyun optimistis Indonesia dapat semaju Korsel asalkan mendapat dukungan penuh pihak pemerintah.

Menurut Lee, di balik kemajuan teknologi di Korsel sekarang ini karena ada bimbingan dan dukungan yang begitu besar oleh pemerintah. Pemerintah Korsel memiliki rencana jangka panjang yang jelas. Tidak hanya mendorong inovasi tapi juga membangun ekosistem pendukungnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal itu pula yang menjadi kekurangan Indonesia saat ini. Pemerintah kurang membuat rencana jangka panjang. Padahal potensi Indonesia sangatlah besar dan bisa menyalip negara maju.

"Bila melihat peta elektronik. Awalnya berpusat di Amerika, berlanjut ke Jepang, Korsel, Taiwan, China, India dan selanjutnya adalah Indonesia," terang pria 49 tahun ini.

Kata Lee, dirinya sudah sejak 20 tahun lalu mendorong pemerintah untuk membuat pabrik manufaktur. Sayangnya, pemerintah Indonesia masih terfokus pada hasil bumi dan properti. Belum lagi tiap berganti penguasa, aturan ikut berubah.

"Mau sampai kapan bergantung dengan hasil bumi? Harusnya sudah berpikir untuk membangun industri dan melakukan lebih banyak ekspor sehingga bisa mendapat lebih banyak dolar dari produk dan bukan hasil bumi," kata pria yang kerap dipanggil disapa Pak Haji ini.




"Saya pernah berharap Indonesia ini menderita kelaparan. Sehingga pemerintah benar-benar memngeluarkan kebijakan yang serius. Saya berharap pemerintah mulai membuat rencana jangka panjang," lanjutnya.

Mewujudkan Pabrik Ponsel
Sejak diberlakukan aturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 30%, sejumlah vendor mau tak mau dituntut untuk membuka pabrik ponselnya di Indonesia, tak terkecuali Samsung yang membuka pabriknya pada Juli silam.

Berdirinya pabrik tersebut tidak terlepas dari campur tangan Lee. Sosoknya bisa dikatakan sangat strategis sehingga pabrik ponsel yang belokasi di Cikarang, Jawa Barat itu bisa berdiri.

"Saya menjelaskan kepada headquarter bahwa Indonesia memiliki aturan TKDN. Tapi yang menambahkan bahwa potensi pasar di sini begitu besar ke depannya dan menjanjikan ke depannya," cerita Lee saat meyakinkan kantor pusat Samsung untuk membuka pabrik ponselnya di Indonesia .

Meski demikian, Lee yang seorang mualaf dan memperistri wanita Indonesia, sejatinya kurang begitu menyetujui aturan TKDN yang ditetapkan pemerintah karena lebih terasa memaksa. Lee lebih mengharapkan pemerintah membuat aturan yang dapat menarik investor untuk mendirikan pabrik di sini dan mendorong ekosistem pendukungnya.

"Percuma mendirikan pabrik di sini bila komponen-komponenenya masih diimpor dari luar," tegasnya.



Meski demikian, suami Yuliani ini akan mematuhi aturan yang telah ditetapkan pihak pemerintah. Hanya saja ia berharap pemerintah konsisten menjalankan aturan tersebut. Jangan sampai vendor yang tidak mendirikan pabrik di sini masih bisa impor dengan bebas ke Indonesia.

"Solusinya sangatlah gampang, setiap produk ponsel dilengkapi nomor IMEI. Bila tidak terdaftar, pemerintah tinggal meminta para operator untuk memblokir ponsel tersebut sehingga tidak bisa dipakai di Indonesia," ujarnya.

Masukan tersebut sudah disampaikan kepada Kementerian Perdagangan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika. Ia berharap hal tersebut terealisasi. "Oke TKDN berjalan 2017, tapi harus tegas. Pemerintah harus berani sikat yang ilegal," pungkas Lee.

(ash/ash)







Hide Ads