Sebelum aturan itu diterapkan, Polytron sejatinya telah nyaris memenuhi syarat 40% kandungan lokal tersebut pada ponsel 4G pertamanya yang baru saja meluncur.
Ponsel yang diberi nama Zap 5 ini diklaim Polytron memiliki TKDN sebesar 35%. Angka persentase itu menurut Polytron didapat berdasarkan perhitungan yang mengikuti aturan dari pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami sudah memberikan data-data kepada Departemen Perindustrian, hasil perhitungannya sudah keluar, dimana mencapai 35%, untuk selanjutnya kami tinggal menunggu sertifikasi," tambah Usun.
Untuk proses produksinya sendiri, ponsel-ponsel keluaran Polytron dieksekusi di pabrik milik Polytron yang terletak di Kudus, Jawa Tengah. Pabrik tersebut biasa digunakan oleh Polytron untuk merakit feature phone dan smartphone. "Kami berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 5 line dari sebelumnya hanya 2 line," kata Usun.
Total kapasitas produksi dalam 5 line itu dikatakan mampu memproduksi sebanyak satu juta unit tiap bulannya. Ke depan karena trennya ke arah smartphone, maka Polytron akan semakin banyak lagi merakit smartphone ketimbang feature phone.
Polytron baru saja melepas Zap 5 di pasar gadget Indonesia. Ponsel dengan bentang layar 4,5 inch (480 x 854 pixel) ini diperkuat dengan prosesor quad core Snapdragon 410 1,2 Ghz 64 bit dengan besaran RAM 1 GB, memori internal 8 GB, serta beroperasi dengan sistem operasi Android 4.4 KitKat.
Di sektor hiburan, Polytron membekali ponsel yang dibanderol Rp 1.099.000 ini dengan kamera utama beresolusi 5 MP.
(ash/ash)