Naik karena dikenal sebagai pemasok prosesor untuk smartphone bujet yang menyasar menengah ke bawah. Berkat MediaTek, ponsel sejuta umat bisa mendapatkan cita rasa mewah di dalamnya. Imbasnya pun kontribusi pemasukan keuangan terbanyak berasal dari sumber ini.
Di kuartal terakhir saja, MediaTek mencatat kenaikan hingga 47%, dengan meraih pendapatan mencapai USD 1,8 miliar. Masih kalah jauh memang dari Qualcomm yang sudah membukukan USD 6,7 miliar, namun dengan kenaikan hanya 3%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebab, Google diketahui menjadi pelanggan tetap untuk memasok TV dan chip audio. Baru sekitar tahun 2005, MediaTek berpindah ke pemasok perangkat mobile.
Dikatakan oleh Presiden MediaTek Ching-Jiang Hsieh, perusahaan mereka memasok dari China. Maksudnya, banyak vendor ponsel asal Negeri Tirai Bambu itu yang mulai beroperasi menggunakan MediaTek. Mulai dari ZTE, Xiaomi, Oppo dan Alcatel -- yang berubah menjadi merek TV TCL di China.
Mengejar Qualcomm
Di ranah perangkat mobile, Qualcomm memang masih mendominasi pasar. MediaTek baru bisa bersaing di atas Intel yang di masa lalu begitu hegemoni di wilayah PC.
Beberapa hal coba dilakukan oleh MediaTek untuk mengejar Qualcomm. Seperti membuka diri di Consumer Electronics Show (CES) 2015, sebagai langkah awal untuk membuka jalan ke Amerika Serikat.
"Bila Anda ingin menguasai pasar global di bisnis mobile, maka Anda harus menguasai amerika," kata Hsieh, yang dikutip detikINET dari Cnet, Senin (26/1/2015).
Sementara bersaing pada harga akan sangat penting untuk tumbuh di AS, eksekutif perusahaan ini menekankan bahwa mereka menghabiskan lebih banyak uang pada penelitian dan pengembangan untuk membuat chip mereka lebih kompetitif dengan produk Qualcomm.
Hsieh mengatakan MediaTek berencana untuk menangkap perhatian konsumen dengan menggunakan pengalaman jmereka di bidang teknologi TV untuk membantu menyediakan fitur video yang lebih tinggi-end di ponsel terjangkau.
Memang, dia mengakui perusahaannya masih beberapa tahun di belakang Qualcomm, sehingga itu perlu usaha keras untuk mengejar ketinggalan.
"Mereka menangani beberapa kesenjangan dalam portofolio produk mereka untuk membuat mereka lebih menarik di pasar AS," kata analis Gartner Erensen.
(tyo/ash)