Namun kenyataannya adalah mereka hanya merakit ponsel di pabrik tersebut. Karena komponen-komponen ponsel tersebut masih diimpor dari negara lain. Kandungan lokal dalam proses produksi tersebut dikatakan hanya sebesar 20%.
"Sulit ya, gak ada supporting komponen di sini. Coba, siapa di sini yang bisa bikin chip?," keluh Husni Wijaya, General Manager PT Aries Indo Global, pemegang brand Evercoss saat mengunjungi pabriknya di Kawasan Industri Terboyo, Semarang, Selasa (25/11/2014).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak Evercoss memberi ilustrasi perihal masalah pajak ini. Jika ponsel diimpor secara utuh, PPN dan PPH yang dikenakan masing-masing sebesar 7,5%. Sementara jika hanya mengimpor komponen, PPH yang dikenakan lebih kecil yaitu 2,5% dengan PPN 7,5%.
Jadi sebenarnya tetap lebih irit merakit ponsel di dalam negeri dibanding mengimpornya secara utuh. Namun tentu angka itu bisa ditekan lagi jika di Indonesia ada pabrik yang khusus memproduksi komponen.
Alasan pengiritan ini jugalah yang membuat Evercoss membangun pabriknya di Semarang. Itu karena upah minimum regional (UMR) di Semarang lebih rendah jika dibandingkan dengan Jakarta.
"UMR di Semarang kan masih Rp 1,4 juta, sementara di Jakarta sudah di atas Rp 2 juta," ujar Janto Djojo, CMO Evercoss dalam kesempatan yang sama.
PT Aries Indo Global sendiri menginvestasikan dana sebesar kurang lebih Rp 1 triliun untuk membangun pabrik ponsel. Namun dana tersebut saat ini baru terpakai 30%, karena pabrik yang ada saat ini masih berupa pabrik transisi.
Pabrik yang saat ini sudah beroperasi berdiri di atas lahan seluas 2,5 hektar, dan mampu memproduksi ponsel sebanyak 500-600 ribu unit per bulannya. Pada tahun 2015, mereka menargetkan bisa menggenjot kapasitas produksinya menjadi 1 juta unit per bulan.
(asj/fyk)