Smartphone Murah Kian Mengancam
Hide Ads

Smartphone Murah Kian Mengancam

- detikInet
Senin, 19 Mei 2014 09:49 WIB
Moto E (gettyimages)
Jakarta -

Dewasa ini, smartphone atau ponsel cerdas murah makin baik performanya. Atau paling tidak, tak bikin frustrasi saat dipakai. Kompetisi antar vendor ponsel pun diprediksi beralih ke segmen tersebut, bukan lagi di level high end.

Ya, ditunjang kian murahnya biaya produksi, produsen smartphone mulai membanjiri segmen kelas bawah dengan produk berkualitas. Tak hanya vendor antah berantah, tapi merek kenamaan seperti Motorola atau Asus.

Sebut saja Motorola Moto E atau Asus Zenfone 4. Keduanya dibanderol di bawah Rp 2 juta, tapi sudah menawarkan spesifikasi menggoda dan layar lebar resolusi lumayan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Samsung selaku penguasa Android sepertinya tidak mau ketinggalan dengan mengembangkan smartphone berbasis sistem operasi Tizen. Smartphone Tizen kabarnya ditujukan untuk negara berkembang dan banderolnya terjangkau.

Apa alasan pasar smartphone murah kian bergairah? Seperti dikutip detikINET dari TechRadar, Senin (19/5/2014), rupanya pasar ponsel cerdas high end mulai stagnan. Menurut penelitian biro riset IDC, pengapalan smartphone malah cenderung menurun di beberapa negara, seperti di Jepang. Jadi pasar smartphone tidak lagi seseksi dulu.

Mewaspadai tren ini, produsen smartphone memutar otak untuk mempertahankan penjualan. Dan cara terbaik sepertinya adalah menawarkan smartphone murah untuk meraih sebanyak mungkin konsumen. Sebagai nilai jualnya, performanya tak mengecewakan.

Tren smartphone murah juga dipicu turunnya harga rata-rata smartphone yang di tahun 2012 senilai USD 450, diproyeksi anjlok sampai USD 260 di 2018. Artinya, margin keuntungan vendor smartphone terkikis.

Solusinya, mereka harus menjual lebih banyak ponsel agar pendapatan naik, setidaknya stabil. Nah, smartphone murah diharapkan laku dengan kuantitas tinggi sebagai kompensasi menurunnya margin keuntungan di level high end.

Smartphone Murah Jadi Ancaman

Smartphone murah mungkin belum mengancam vendor besar seperti Samsung atau Apple saat ini, tapi barangkali beda ceritanya di masa depan. Tanda-tandanya sudah terlihat, contohnya kesuksesan Motorola Moto G yang rilis tahun lalu.

Moto G adalah smartphone harga terjangkau yang ditujukan untuk pasar negara maju dengan penetrasi smartphone tinggi. Ia menawarkan pengalaman pemakaian hampir sama seperti iPhone 5S atau Galaxy S5.

Moto G sukses besar, contohnya di Inggris. Sebelumnya, Motorola hampir tidak punya pangsa pasar di sana, tapi sejak kehadiran Moto G, market share Motorola naik hingga 6% berdasarkan riset Kantar Worldpanel.

Selain Motorola, Nokia juga cukup sukses dengan Lumia 520 yang harganya terjangkau dan performanya bisa diandalkan. Handset ini laku banyak dan membantu mengatrol popularitas Windows Phone.

"Ponsel murah dengan kualitas tinggi bisa mengganggu pasar. Pola yang sama bisa terlihat di Perancis di mana brand Wiko punya 8,3% pangsa pasar dan Xiaomi di China dengan 18,5% market share," sebut Dominic Sunnebo, direktur di Kantar Worldpanel Comtech.

Vendor yang sudah mapan harus mewaspadai tren itu, terlebih pemainnya kian banyak. Belum lama ini, industri smartphone dikejutkan dengan kedatangan OnePlus, ponsel asal China. Spesifikasinya hampir sama dengan Samsung Galaxy S5 tapi harganya sekitar separuhnya.

One Plus tak sendirian. Berbagai vendor asal China kini mengusung strategi sama, ponsel kualitas tinggi harga murah. Mereka bisa melakukannya karena China adalah gudangnya pabrik ponsel. Situasi ini bisa mengancam vendor ponsel papan atas.

Masih ada satu lagi yang cukup menarik dibahas, yakni kedatangan smartphone berbasis OS Firefox. Diperkenalkan tahun 2013, ponsel Firefox banderolnya murah, spesifikasinya biasa tapi fungsionalitasnya tidak buruk.

Proyek Firefox ini sepertinya berhasil. Sudah ada beberapa handset berbasis Firefox dikembangkan oleh ZTE, Alcatel dan Huawei. Sony dan LG kabarnya juga tertarik menggunakannya.

Tanggapan dari konsumen sepertinya bagus. Menurut riset Ovum, ada sekitar 425 ribu unique visitor di toko aplikasi Firefox OS Marketplace sejak Juli 2013, yang menandakan ada ketertarikan untuk OS yang usianya kurang lebih masih setahun itu.

Saat ini, ponsel Firefox dijual di kisaran USD 80, sudah murah tapi akan lebih murah lagi. Mozilla bekerjasama dengan manufaktur prosesor Spreadtum berencana merilis ponsel dengan harga 75% lebih murah dari itu di masa mendatang.

Naiknya popularitas ponsel menengah ke bawah tersebut diprediksi akan merongrong ponsel flagship di tahun 2015. Produsen besar seperti Apple dan Samsung diwajibkan berinovasi agar harga mahal ponsel high end mereka tetap dimaklumi konsumen dan tetap laris, di tengah serbuan ponsel murah performa tinggi.

Apapun itu, dengan anjloknya harga dan meningkatnya kualitas, dipastikan makin banyak orang mengadopsi smartphone. Feature phone pun mungkin saja turun drastis pangsa pasarnya. Pada akhirnya, konsumen-lah yang paling diuntungkan.

(fyk/fyk)