Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Laporan dari Singapura
Dicari! Smartphone 3G Murah
Laporan dari Singapura

Dicari! Smartphone 3G Murah


- detikInet

(ilustrasi/Getty Images)
Singapura - Ibarat orang yang tak memiliki motor, maka ia tak memiliki kebutuhan untuk membeli bensin. Begitu pula dengan masyarakat yang belum mencicipi internet (data), yang tak akan tenggelam untuk mencari informasi di dunia maya jika belum memiliki smartphone.

Demikian analogi yang diutarakan Direktur Marketing Telkomsel Alistair Johnston saat menjelaskan alasan lambatnya penetrasi internet di Indonesia.

Masih minimnya smartphone 3G murah, adalah salah satu alasan kenapa masih banyak pengguna yang enggan untuk hijrah dari feature phone ke smartphone.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal terlepas dari hiburan yang juga bisa didapat dari smartphone dan internet, pengguna juga dapat menggali segudang informasi. Termasuk untuk menunjang bisnisnya sehari-hari.

"Untuk itu kami mengandalkan jutaan internet agent ke berbagai daerah di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mengenalkan dan mendemokan berbagai manfaat yang bisa digunakan dari internet. Seperti untuk bersosial media, mendapatkan konten bermanfaat seperti konten agama, menjalankan bisnis dengan lebih baik lagi, dan masih banyak lagi," kata Alistair saat berbincang dengan detikINET di Singapura.

Edukasi ke pasar soal manfaat internet pun disebutkan Alistair jadi salah satu tantangan terbesar Telkomsel untuk berkembang di Tanah Air.

Nah, salah satu cara agar adopsi smartphone 3G semakin cepat sehingga nantinya akan ada kebutuhan akan berinternet, Telkomsel pun mendorong vendor ponsel untuk membuat smartphone 3G yang murah meriah.

"Seperti dengan membuat smartphone 3G seharga USD 50 dolar (Rp 500 ribuan). Tentu ini akan menciptakan peluang yang sangat besar di pasar," kata Alistair.

Sebagai perbandingan, dari 131,5 juta pelanggan Telkomsel, pengguna smartphone tak lebih dari 25% (32 juta pelanggan). Artinya, ada sekitar 100 juta pelanggan lagi yang bisa digaet untuk jadi pelanggan smartphone. Belum pelanggan dari operator lainnya.

"Ketika disodorkan siapa yang mau peluang pasar sebanyak 100 juta pelanggan, mereka tentu menyambutnya. Dan vendor ponsel sudah menyadari hal ini, tak harus membuat smartphone seharga USD 50, mungkin di kisaran USD 70 atau USD 80 juga masih bisa masuk," kata Alistair.

"Ya, kita tidak bisa mengharapkan Apple membuat ponsel semurah itu, tapi untuk Android yang lebih terbuka sepertiya sangat mungkin," tandasnya.

Menurut Novrianto Prasetyo, Manager Strategic Brand Bundling Management Telkomsel, pada tahun 2014, pihaknya ingin lebih mendorong penetarasi 3G lewat smartphone murah. Jadi siapapun brand yang punya handset yang bisa akomodir tujuan ini, terbuka kerjasama dengan Telkomsel.

Smartphone dengan banderol Rp 499 ribu diyakini akan mudah diterima pasar. Meski ada sebagian pengguna ingin smartphone yang lebih mumpuni, meski harus membayar lebih mahal.

"Jadi untuk brand lokal yang lebih laku itu di kisaran Rp 499 ribu - Rp 799 ribu. Sedangkan brand global di kisaran Rp 899 ribu - Rp 1,5 juta," bisik Anto, panggilannya.

Untuk volume penjualan, brand besar seperti Samsung bisa menjual sampai 200 ribu unit per bulan untuk satu model smartphone yang sudah dibundling dengan paket Telkomsel. Sedangkan vendor merek lokal seperti Mito bisa menjual 50 ribu unit satu model ponsel per bulan.

(ash/rns)







Hide Ads