Industri semikonduktor China kembali mencatat tonggak penting. Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC) dilaporkan mulai menguji mesin litografi deep-ultraviolet (DUV) buatan lokal pertama yang dikembangkan oleh startup Shanghai, Yuliangsheng.
Langkah ini memperlihatkan upaya serius Beijing dalam melepaskan ketergantungan terhadap teknologi impor, khususnya dari AS dan sekutunya, di tengah sanksi dan pembatasan ekspor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut laporan Financial Times, mesin DUV immersion ini dipakai SMIC untuk produksi chip berbasis proses 7nm, yang sangat vital bagi pengembangan kecerdasan buatan (AI). Sebelumnya, China sangat bergantung pada peralatan litografi dari ASML Belanda. Kini, dengan hadirnya mesin lokal, SMIC berpotensi memperkuat pasokan chip AI dalam negeri.
Meski begitu, tantangan masih besar. Sumber menyebutkan tingkat keberhasilan awal mesin ini masih rendah karena litografi membutuhkan presisi ekstrem. Walau diklaim bisa mendukung produksi hingga 5nm, fokus awal tetap pada 7nm demi efisiensi dan kestabilan produksi.
Permintaan AI Jadi Pendorong Utama
Ledakan kebutuhan chip di China, terutama dari perusahaan AI seperti Huawei dan Baidu, membuat pemerintah mendorong swasembada semikonduktor dengan subsidi besar-besaran. SMIC sebelumnya sempat mengandalkan mesin DUV impor lama, namun keterbatasan pasokan akibat larangan ekspor AS sejak 2022 menjadi hambatan besar.
Dengan mesin Yuliangsheng, SMIC berharap dapat menjaga volume produksi meski harus mengorbankan yield (tingkat hasil baik). Pendekatan ini mirip dengan strategi Huawei Mate 60 yang tetap diproduksi meski hasil chip tidak setinggi standar global.
Jika uji coba sukses, analis memprediksi langkah ini bisa mempercepat target Tiongkok mencapai 70% kemandirian rantai pasok semikonduktor pada 2030. Pasar pun bereaksi positif, saham SMIC di Hong Kong melonjak hingga 5% setelah kabar uji coba ini.
Namun, para ahli menekankan bahwa jalan menuju teknologi litografi EUV (extreme ultraviolet) untuk chip di bawah 5nm masih jauh, mengingat monopoli ASML di sektor tersebut.
Terlepas dari itu, bagi China, terobosan ini bisa menjadi batu loncatan menuju era baru produksi chip yang lebih mandiri di tengah tekanan geopolitik global.
(afr/afr)