Perang China-AS Makin Sengit, Raksasa Chip Nvidia Diincar

Fino Yurio Kristo - detikInet
Kamis, 12 Des 2024 06:15 WIB
Chip Nvidia. Foto: Dok. Nvidia
Jakarta -

Perang dagang dan teknologi antara Amerika Serikat dan China belum menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Dalam perkembangan terkini, Pemerintah China menggelar investigasi anti trust yang menyasar raksasa chip AS, Nvidia.

Nvidia yang didirikan oleh Jensen Huang, saat ini adalah produsen chip kecerdasan buatan atau AI terbesar dunia. AS dan China sendiri bertarung untuk dominasi AI yang dipandang krusial bagi keamanan nasional.

Dikutip detikINET dari CNN, Pemerintah China meyakini akuisisi Nvidia terhadap perusahaan networking Israel Mellanox, kemungkinan melanggar UU monopoli China. Akuisisi itu sebelumnya disetujui China pada tahun 2020.

Kabar ini membuat harga saham Nvidia terpangkas 2%. Pada tahuh ini, saham Nvidia meroket hingga 200% karena booming AI membuat produknya laris manis. Nilai Nvidia saat ini lebih dari USD 3 triliun, hanya kalah dari Apple.

Perang chip AS-China memasuki fase baru bulan ini, setelah pemerintahan Biden memberlakukan pembatasan lain pada penjualan chip memori berteknologi tinggi ke China. Chip memori berbeda dari prosesor grafis yang dibuat Nvidia, tapi juga teknologi penting yang membantu menggerakkan AI.

AS cemas China menggunakan AI untuk mendapatkan keuntungan militer. Pejabat Departemen Perdagangan AS yakin pembatasan tersebut akan memperlambat pengembangan chip AI China.

Namun, Kementerian Perdagangan China mengecam pembatasan AS karena menimbulkan "ancaman signifikan" terhadap stabilitas rantai pasokan global. Pemerintah China juga membalas dengan melarang penjualan bahan-bahan penting untuk pembuatan chip, termasuk germanium dan galium.

Setahun yang lalu, China telah mengekang penjualan bahan-bahan tersebut tetapi menciptakan celah yang memungkinkan beberapa penjualan terus berlanjut. Celah tersebut kini telah ditutup. Pejabat senior AS juga menuduh China mencuri perangkat lunak AI buatan Amerika, yang dibantah Beijing.

Baik China maupun AS berusaha mendukung pengembangan dan produksi mikroprosesor di dalam negeri. Melalui Undang-Undang CHIPS, pemerintahan Joe Biden memompa miliaran dolar ke Intel dan perusahaan lain untuk meningkatkan produksi chip dalam negeri dan mengurangi ketergantungan Amerika pada China dan negara lainnya.

Sementara China pada bulan Mei mengumumkan rencana untuk membuat dana investasi terbesar negara untuk semikonduktor senilai USD 47,5 miliar, yang didanai oleh investasi dari enam bank milik negara terbesar di negara itu.



Simak Video "Video CEO NVIDIA Kenalkan NVLink Fusion yang Percepat Komunikasi Antar-Chip AI"

(fyk/afr)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork