Microsoft Tawarkan Relokasi Ratusan Pegawai di China
Hide Ads

Microsoft Tawarkan Relokasi Ratusan Pegawai di China

Anggoro Suryo - detikInet
Minggu, 19 Mei 2024 19:25 WIB
NEW YORK, NY - MAY 2: The Microsoft logo is illuminated on a wall during a Microsoft launch event to introduce the new Microsoft Surface laptop and Windows 10 S operating system, May 2, 2017 in New York City. The Windows 10 S operating system is geared toward the education market and is Microsofts answer to Googles Chrome OS. (Photo by Drew Angerer/Getty Images)
Foto: Drew Angerer/Getty Images
Jakarta -

Meningkatnya tensi antara China dan Amerika Serikat membuat Microsoft menawarkan relokasi untuk ratusan pegawainya di China.

Sekitar 700-800 pegawai Microsoft, kebanyakan engineer asal China, yang bekerja di divisi cloud computing dan machine learning ditawari untuk pindah negara. Misalnya ke Amerika, Irlandia, Australia, sampai Selandia Baru.

Informasi ini berasal dari seorang sumber yang tak disebutkan namanya, yang dikutip oleh Wall Street Journal. Microsoft diketahui mempekerjakan sekitar 7000 engineer di grup riset dan pengembangan di Asia Pasifik. Kebanyakan di antaranya berbasis di China, yang menjadi pusat riset Microsoft terbesar setelah Amerika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Menyediakan kesempatan internal adalah bagian rutin dari mengelola bisnis global kami. Sebagai bagian dari proses ini, kami memberikan opsi perpindahan internal untuk sebagian pegawai," kata juru bicara Microsoft dalam keterangan resminya.

Perang dagang antara Amerika dan China sudah terjadi setidaknya selama dua tahun terakhir, yang berakibat pada pelarangan ekspor chip canggih dan peralatan pembuat chip ke China. Pemerintah Amerika terus memperketat pelarangan tersebut, yang tujuan intinya adalah menghambat pasokan chip canggih, terutama chip akselerator AI Nvidia, ke China karena ditakutkan dipakai untuk keperluan militer.

ADVERTISEMENT

Begitu juga ekspor peralatan pembuatan chip, misalnya dari perusahaan Belanda ASML, yang juga dilarang. Aturan yang terbaru adalah pemerintah Amerika meningkatkan pajak untuk sejumlah barang impor dari China. Mereka meningkatkan pajak untuk semikonduktor dari China dari 25% menjadi 50%.

Nah, kabarnya aturan yang akan diterapkan dalam waktu dekat adalah melarang ekspor model AI, misalnya yang dipakai oleh ChatGPT, ke China. Pasalnya model AI seperti ini ditakutkan akan dipakai untuk generative AI untuk berbagai keperluan berbahaya, misalnya peretasan ataupun kampanye misinformasi. Atau yang paling mengerikan: membuat senjata biologis.




(asj/rns)