Dulu Mesra, Kenapa Pemerintah China Sikat Jack Ma?
Hide Ads

Dulu Mesra, Kenapa Pemerintah China Sikat Jack Ma?

Fino Yurio Kristo - detikInet
Selasa, 05 Jan 2021 11:29 WIB
Jakarta -

Jack Ma barangkali adalah pebisnis paling terkenal dari China. Di samping karakternya yang menyenangkan, dia membesarkan Alibaba hingga jadi raksasa toko online yang gurita bisnisnya sampai ke mancanegara. Pemerintah China pun pada awalnya sangat mendukungnya.

Jack Ma memulai Alibaba pada tahun 1999, bertepatan dengan terbukanya China pada dunia. "Alibaba mengikuti gelombang ekspansi ekonomi China dan mendapat manfaat dari liberalisasi ekonomi di bawah pemerintahan Presiden Jiang Zemin," kata Valareia Tan, analis di biro riset Merics.

Di bawah kepemimpinan Jiang dari tahun 1989sampai 2002, Partai Komunis China memperbolehkan pebisnis bergabung. Jack Ma sendiri terungkap sebagai anggota partai belum lama ini, yang dilaporkan oleh media corong pemerintah China, People's Daily.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jack Ma bahkan mendapat penghargaan khusus bersama pendiri Tencent, Ma Huateng, untuk kontribusi mereka terhadap perekonomian China.

"Di bawah kepemimpinannya, Alibaba mendapat posisi 10 besar perusahaan global dalam hal valuasi, membuat China sebagai pemimpin pasar dalam industri e-commerce internasional, keuangan internet, dan komputasi awan," tulis People's Daily yang mengutip pernyataan resmi pemerintah China.

ADVERTISEMENT

Balik ke masa silam, dengan kondisi ekonomi yang rileks, Jack Ma lalu mendirikan Alipay pada tahun 2004 yang kemudian menjadi Ant Financial. Perusahaan fintech itu pun meraksasa, dengan saat ini melayani 1,3 miliar pengguna.

"Pebisnis elit China seperti Ma punya jalinan relasi dengan partai. Bisnis berkembang pesat dengan dukungan pemerintah, misalnya dalam bentuk aturan yang rileks," tambah Tan.

Apalagi pemerintah China tak segan memblokir raksasa teknologi dari mancanegara, khususnya Amerika Serikat. Facebook, Google, YouTube sampai Instagram, tak bisa diakses di sana sehingga layanan sejenis buatan China tumbuh besar.

Jack Ma sendiri pernah mengibaratkan hubungan dengan pemerintah harus berjalan dengan dasar cinta, tapi jangan pernah menikahi mereka. Kadang karena bicaranya yang ceplas ceplos, ia mengkritik pemerintah China seperti pada tahun 2013, ia menyebut sistem finansial China terlalu banyak regulasi dan tidak menjangkau seluruh rakyat.

"Jika seseorang harus dipenjara, saya saja," kata Jack Ma suatu ketika, menyatakan tidak takut kalaupun dia tersandung kasus dan kena hukuman.

Halaman selanjutnya: Jack Ma kena batunya?

Pada tahun 2012, Xi Jinping jadi presiden China. Nah sejak itulah, peran atau campur tangan negara pada para pebisnis meningkat. Ia juga tidak segan menghukum para pebisnis yang dianggap kriminal atau korupsi, misalnya chairman Anbang Group, Wu Xiaouhi dijatuhi 18 tahun penjara.

Pesan Xi Jinping pun semakin jelas, bahwa pebisnis dan sektor swasta harus searah dengan tujuan China untuk mengembangkan masa depan negara. Perkembangan pesat ekonomi swasta dianggap berbahaya jika tidak dikendalikan.

Jack Ma akhirnya kena batunya. Mungkin karena selama ini selalu dibiarkan, ia pada bulan Oktober ceplas ceplos mengkritik sistem keuangan China yang dianggapnya usang dan menghambat inovasi. Padahal saat itu, beberapa pejabat tinggi China hadir.

Kritikan itu membuat pemerintah China marah, bahkan Xi Jinping sendiri yang dikabarkan turun tangan. IPO Ant Financial yang diprediksi memecahkan rekor, batal karena intervensi pemerintah China. Alibaba kemudian diinvestigasi atas tudingan monopoli dan kini, Jack Ma belum ketahuan di mana rimbanya.

"Beijing dengan jelas menyatakan perusahaan seperti Alibaba telah tumbuh terlalu besar untuk tetap diizinkan mengembangkan power ekonominya dan karakter seperti Ma harus dikendalikan," ucap mantan eksekutif Huawei, William Plummer.

"Di China dan secara global, kita bisa melihat perusahaan teknologi semakin kuat dan mengganggu kedaulatan siber pemerintah. Otoritas makin menyadari situasi ini, seiring konflik yang meningkat antara mereka dan perusahaan-perusahaan itu," ujar Xiaomeng Lu, periset di Eurasia Group yang dikutip detikINET dari Quartz, Selasa (5/1/2020).