Usai Dijegal Pemerintah China, Jack Ma Belum Bersuara
Hide Ads

Usai Dijegal Pemerintah China, Jack Ma Belum Bersuara

Fino Yurio Kristo - detikInet
Jumat, 18 Des 2020 10:00 WIB
Jack Ma pisah
Jack Ma. Foto: Reuters
Jakarta -

Ant Financial Group, belum lama ini gagal melantai perdana di bursa saham atau IPO yang diprediksi mengukir rekor dunia, lantaran intervensi pemerintah China. Cukup lama bungkam, petinggi raksasa fintech milik Jack Ma ini pun angkat bicara. Tapi Jack Ma sendiri belum bersuara.

Executive Chairman Ant Group, Eric Jing, berjanji bakal mematuhi regulator finansial China dan mengevaluasi diri. Mereka juga akan lebih mendengarkan suara publik dan lebih transparan.

"Di bulan silam, di bawah panduan regulator, kami berjuang untuk mengatur hal-hal terkait setelah IPO ditangguhkan, secara aktif mengikuti panduan regulator dan mematuhi persyaratan, mendengarkan publik dengan hati-hati dan melakukan review sendiri secara komprehensif," kata Eric.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu alasan IPO Ant dihentikan adalah lantaran dinilai bisa membahayakan stabilitas finansial di China dan mengganggu bisnis bank tradisional. Apalagi Jack Ma mengkritik keras sistem finansial China ketinggalan zaman yang jadi salah satu faktor utama disetopnya IPO Ant.

Maka wajar jika Eric terlihat berusaha berdamai dengan otoritas China yang belakangan agresif mengatur industri fintech. "Mematuhi regulasi merupakan pijakan untuk perkembangan teknologi finansial yang stabil dan jangka panjang," tambah Eric yang dikutip detikINET dari CGTN.

ADVERTISEMENT

Sementara Jack Ma sendiri belum berbicara pada media atau publik semenjak IPO Ant dibatalkan. Penampilan terakhirnya adalah saat mengkritik sistem keuangan China yang akhirnya berujung runyam.

Jack Ma menyebut masalah terbesar China adalah sistem finansial kurang baik, bahkan membandingkannya dengan pemberian obat yang salah. "Gejala alzheimer dan polio mungkin mirip, tapi keduanya benar-benar penyakit berbeda. Jika seorang anak diberi obat Alzheimer untuk menyembuhkan polio, akan ada banyak masalah," ucapnya.

Bahkan ia menyebut bisnis bank di China dijalankan seperti rumah gadai, di mana bank selalu meminta jaminan cukup untuk pinjaman. Akibatnya, banyak bisnis kecil kesulitan mendapatkan pinjaman. Di masa depan, keputusan memberi pinjaman menurutnya harus diputuskan oleh big data dan rekam jejak kredit.

Jack Ma melanjutkan, sistem perbankan secara umum dirancang untuk zaman perkembangan industri masa lalu, tapi di masa mendatang perlu memakai teknologi baru termasuk big data, cloud dan blockchain.




(fyk/rns)