Aplikasi messaging untuk perkantoran, Slack, diakuisisi oleh raksasa cloud Salesforce senilai USD 27,7 miliar atau di kisaran Rp 393 triliun. Aksi merger ini merupakan salah satu yang terbesar di jagat teknologi dalam beberapa tahun belakangan.
Slack berkompetisi dengan Microsoft dengan layanannya yang mirip, Microsoft Teams. Seiring diberlakukannya Work from Home atau WFH di banyak tempat karena adanya pandemi Corona, layanan semacam Slack ataupun Teams ketiban berkah.
Namun demikian, Microsoft dinilai lebih kuat karena paket software yang lebih lengkap. Maka bergabung dengan Salesforce akan membuat posisi Slack lebih mantap, demikian pula dengan Salesforce sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Deal ini memungkinkan Salesforce lebih dalam lagi menggarap komunikasi dan kolaborasi bisnis dan bagus juga untuk Slack, di mana mereka ingin menumbuhkan penetrasi ke perusahaan non teknologi," kata Rishi Jaluria, analis di DA Davidson.
Microsoft sendiri beberapa tahun silam dilaporkan ingin membeli Slack tapi tidak menjadi realisasi. Microsoft memutuskan mengembangkan software sejenis yaitu Teams yang menjadi rival Slack.
Pada awalnya, Slack tidak begitu cemas dengan kedatangan Teams, bahkan menyambut kompetisi di antara mereka. Namun demikian, Microsoft dengan sumber dayanya yang sangat besar pelan tapi pasti membuat Slack mulai kewalahan. Apalagi Microsoft kemudian bundling Teams dengan software Office.
Salesforce sendiri juga makin cemas dengan bisnis cloud Microsoft yang makin besar di bawah komando CEO Satya Nadella. Maka pembelian Slack adalah hal masuk akal untuk melawan sang raksasa.
"Bagi Marc Benioff (CEO Salesforce), pembelian Slack ini adalah tentang Microsoft. Jelas bahwa Microsoft makin menjauh dari Salesforce dalam hal perang bisnis cloud," kata analis dari Wedbush Securities, Dan Ives yang dikutip detikINET dari Guardian.
(fyk/afr)