Akuisisi ARM oleh Nvidia dinilai bisa menimbulkan bermacam masalah dari berbagai aspek. Apa saja masalahnya?
Menurut pengamat gadget Lucky Sebastian, posisi ARM sebelumnya dianggap netral karena dimiliki oleh Softbank, perusahaan investasi asal Jepang, dan ARM sendiri adalah perusahaan asal Inggris. Namun posisinya ini berubah setelah jika akuisisi tersebut berjalan lancar.
"Kalau ARM diambil Nvidia, berarti akan pindah basis domisili ke Amerika," ujar Lucky ketika dihubungi detikINET.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pindahnya domisili ini, menurut Lucky, bakal menjadi masalah karena Amerika Serikat saat ini sedang melakukan perang dagang dengan China. Salah satu dampaknya adalah banyaknya berbagai aturan pelarangan yang ditujukan ke China.
"Dengan perpindahan domisili ini bisa jadi Arm tidak lagi netral," lanjutnya.
Baca juga: Dua Kekuatan Bersatu, NVIDIA Caplok ARM |
Selain soal domisili ini, bisnis Nvidia pun bakal berdampak pada netralitas ARM. Pasalnya Nvidia sama-sama berbisnis di bidang chip, bukan perusahaan investasi seperti ARM.
"Dengan mengakuisisi ARM, maka ada kemungkinan terjadi perubahan lisensi bagi customer Arm, misalnya lisensi ARM harus dibeli sepaket dengan lisensi GPU Nvidia," kata Lucky.
Hal inilah yang disebut oleh Lucky bakal mengubah tatanan dan kebiasaan yang sebelumnya berlaku. Ia pun menyebut akuisisi ini kemungkinan bakal ditentang oleh banyak pengguna lisensi ARM.
"Belum lagi NVIDIA juga getol mengembangkan chip IoT untuk mobil otonom, ini akan beradu dengan banyak kustomer ARM yang juga mengembangkan hal yang sama, bahkan dengan rekan senegaranya Qualcomm (asal San Diego, AS)," jelasnya.
Bisnis ARM dinilai Lucky sebagai industri strategis, yang jika sampai dikuasai oleh AS, bisa mempunyai implikasi politis. Pasalnya, AS bisa saja menekan negara lain dan menggunakan ARM sebagai 'senjatanya'.
Baca juga: Samsung Setop Jualan Chip ke Huawei? |
Salah satu dampak yang mungkin bisa terjadi jika akuisisi ARM oleh Nvidia ini benar terjadi adalah bisa saja ARM ditinggal oleh konsumennya karena dianggap tak adil. Konsumennya ini menurut Lucky bukan tak mungkin bakal menggunakan arsitektur RISC-V yang bersifat open source.
(asj/afr)