Wong Sugih Jepang Merasa Bodoh Investasi ke Startup Kelas Kakap
Hide Ads

Wong Sugih Jepang Merasa Bodoh Investasi ke Startup Kelas Kakap

Agus Tri Haryanto - detikInet
Selasa, 19 Mei 2020 11:13 WIB
SUN VALLEY, ID - JULY 08: Masayoshi Son, founder and chief executive officer of SoftBank, the chief executive officer of SoftBank Mobile, and current chairman of Sprint Corporation, attends the Allen & Company Sun Valley Conference on July 8, 2015 in Sun Valley, Idaho. Many of the worlds wealthiest and most powerful business people from media, finance, and technology attend the annual week-long conference which is in its 33rd year.  (Photo by Scott Olson/Getty Images)
Wong Sugih Jepang Merasa Bodoh Investasi ke Startup Kelas Kakap. (Foto: Getty Images)
Jakarta -

CEO Softbank Masayoshi Son menyesal telah menanam investasi di startup berbagi ruang kerja, WeWork. Konglomerat Jepang itu bahkan menyebutkan kalau langkah tersebut adalah hal bodoh yang dilakukannya.

Di bawah kepemimpinan Son, Softbank dilaporkan telah menggelontorkan USD 18,5 miliar atau setara dengan Rp 274 triliun ke kantong WeWork. Akan tetapi startup andalannya itu makin anjlok setelah gagal IPO pada tahun kemarin.

"Bodoh sekali saya berinvestasi di WeWork. Saya salah," ucap Son dikutip dari Business Insider, Selasa (19/5/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Pernyataan Son ini diucapkan usai melihat nilai valuasi WeWork yang amburadul. Pada bulan Maret kamarin, startup tersebut hanya bernilai USD 2,9 miliar, di mana sebelumnya USD 7,3 miliar di bulan Desember.

Masa depan WeWork pun kian tak jelas di saat pandemi Corona saat ini. Sebabnya, kerja di kantor merupakan hal yang dilarang dan melanggar social distancing dan berisiko menularkan virus Corona.

Pada kondisi pandemi ini, banyak orang yang melakukan pekerjaannya dari rumah ketimbang berada di perkantoran atau coworking space. Kondisi tersebut yang bisa mengancam WeWork.

Sejumlah startup yang disuntik dana segar dari Softbank, seperti Oyo, Uber, Zume, dan WeWork sendiri dilaporkan telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) total lebih dari 8.000 orang sejak Januari lalu.

Softbank pun melaporkan mengalami kerugian bersih USD 8,9 miliar untuk tahun fiskal yang berakhir pada bulan Maret 2020.

"Ke depan, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi. Kami tidak bisa berjanji bahwa tidak ada kerugian yang bertambah," pungkasnya.




(agt/fay)