Layanan video streaming Hooq akan berhenti pada 30 April besok. Lantas, bagaimana nasib pelanggannya?
Country Head Hooq Indonesia Guntur Siboro mengatakan sejak pemegang saham mayoritas, yaitu, Singtel, mengajukan likuidasi pada 27 Maret lalu, Hooq menghentikan pembayaran dan penambahan pelanggan baru.
"Sejak saat itu, charging sudah tidak diberlakukan lagi bagi pelanggan eksisting dan sudah tidak ada aktivasi pelanggan baru," ungkap Guntur saat dihubungi detikINET, Rabu (29/4/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Layanan Streaming Tutup, Hooq Ucapkan Pamit |
Tak hanya di Indonesia, Hooq juga menghentikan layanannya di negara-negara yang mereka jajaki, seperti Filipina, Thailand, India, hingga Singapura.
Pengumuman penutupan layanan Hooq kepada publik juga telah disampaikan melalui akun Twitter mereka bahwa per 30 April besok, Hooq tidak lagi eksis.
![]() |
"Di hari ini, tibalah pula akhir dari perjalanan HOOQ dalam menceritakan berbagai kisah-kisah yang luar biasa pun menghibur. Di hari ini, mungkin akan penuh dengan kesedihan, bahkan isak tangis yang memburu," tulis mereka di thread bawahnya.
"Namun, memori kebersamaan kita selama ini telah terekam dalam ingatan dan membekas dalam kalbu. Memori yang akan menghapus tetesan air mata yang mengalir membasahi pipi," kata Hooq.
"Terima kasih untuk kebersamaan kita. Terima kasih untuk dukungan kalian selama ini. Terima kasih untuk semuanya. Tanpa kalian HOOQ tidak akan bisa mencapai titik raihan terjauhnya, yakni hari ini. Hari ini, kami pamit. #TerimaKasihIndonesia," pungkasnya.
Sebagai penyedia layanan video on demand, Hooq hadir di sejak lima tahun lalu atau tepatnya Januari 2015. Hooq datang sebagai penantang Netflix dengan dukungan dari Singtel dan Sony Pictures yang membentuk perusahaan Hooq ini.
(agt/afr)