PT Indosat Tbk mengaku telah memberikan penawaran PHK pada 677 karyawan di perusahaannya. Kasus ini mengingatkan pada sejumlah perusahaan teknologi mentereng yang melakukan PHK atau pemutusan hubungan kerja besar-besaran.
Dihimpun detikINET dari berbagai sumber, berikut ini adalah tiga perusahaan teknologi yang masuk dalam daftarnya:
1. Bukalapak
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perusahaan yang didirikan oleh Achmad Zaky ini pernah memberikan PHK pada sejumlah karyawannya, meski begitu tidak diketahui berapa jumlah pastinya.
Bukalapak mengonfirmasi perusahaannya memang melakukan itu sebagai upaya restrukturisasi.
"Di skala perusahaan yang sudah tumbuh sebesar ini, tentunya kami perlu menata diri dan mulai beroperasi layaknya perusahaan yang sudah dewasa, atau bisa kami sebut sebagai a grown up company. Terutama untuk menjamin visi kami untuk terus tumbuh sebagai sustainable e-commerce dalam jangka panjang," kata manajemen Bukalapak, Selasa (10/9/2019) silam.
Baca juga: Komentar Achmad Zaky soal PHK Bukalapak |
2. Oyo
Siapa yang suka traveling kemungkinan pernah mendengar Oyo. Startup India yang bergerak di bidang penyewaan hotel ini juga pernah melakukan PHK besar-besaran belum lama ini, tepatnya pada Januari.
Dikabarkan, perusahaan yang berbasis di India itu memutus hingga 2.000 karyawan.
"Ini bukan keputusan yang mudah buat kami. Kami lakukan semua yang kami bisa untuk memastikan mereka mendapat bantuan dan dukungan dalam transisi ini," tutur CEO Oyo, Ritesh Agarwal.
Baca juga: Startup Kelas Kakap Ini PHK Ribuan Karyawan |
3. CloudMind
Startup mentereng asal China bernama CloudMind harus PHK ratusan karyawan.
Perusahaan itu bergerak di bidang robotika dan kecerdasan buatan. Pendukungnya pun raksasa teknologi asal Jepang, Softbank.
Dikutip detikINET dari Business Times, kabarnya ada sekitar 200 karyawan CloudMind kena PHK. Dampak terbesar dirasakan pegawainya di China, markas perusahaan ini.
Tak hanya itu, CloudMind juga menutup kantornya yang berada di Silicon Valley sebagai upaya efisiensi. Kerugian besar memang membayangi perusahaan ini. Bahkan di 2019 mereka menderita kerugian USD 100 juta, naik dari sebelumnya USD 65 juta.
(ask/fay)