Ekonomi Internet RI Tumbuh Tercepat di ASEAN, Startup Jadi Pemain
Hide Ads

Ekonomi Internet RI Tumbuh Tercepat di ASEAN, Startup Jadi Pemain

Aisyah Kamaliah - detikInet
Senin, 07 Okt 2019 15:23 WIB
Pertumbuhan ekonomi internet Indonesia membanggakan di Asia Tenggara. Foto: Ilustrator Mindra Purnomo
Jakarta - Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi internet paling cepat di Asia Tenggara. Indonesia bahkan memiliki potensi hingga USD 133 miliar atau setara Rp 1.881 triliun di 2025.

Dipadukan dengan Google Trends, riset Temasek, dan analisis Bain & Company, ditemukan bahwa transformasi ekonomi internet di Indonesia kini telah mendekati USD 40 miliar yang mana bila dikonversikan sekitar Rp 566 triliun.

Itu artinya, ekonomi internet Indonesia tumbuh lebih dari lima kali lipat dari sebelumnya USD 8 miliar (Rp 138 triliun) berdasarkan data di tahun 2015.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Saat ini kita menyaksikan bagaimana startup-startup Indonesia menjadi pemain tingkat regional dan bagaimana pendekatan inovatif mereka," jelas Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf, di acara 'Swipe up and to the right: Southeast Asia's $100 billion Internet Economy', Senin (7/10/2019), Jakarta Selatan.

Pendekatan yang dimaksud mencakup aspek misalnya peningkatan jumlah e-commerce, pengantaran makanan, travel, dan transportasi yang ada.

"Semua didorong funding dan kompetisi dari lokal dan luar, semua mendapatkan support dari adopsi digital payment misalnya Ovo, Gopay, Linkaja dan sebagainya," tambahnya.


Merujuk statistik yang ada, bila dibandingkan dengan negara Asia Tenggara lainnya, Vietnam dan Indonesia masuk kategori pertumbuhan internet economy yang tercepat dengan lebih dari 50% dibandingkan dengan penetrasi GDP.

"Semuanya di atas 20 persen yang mana tinggi seperti Filipina, Malaysia, Thailand tapi Vietnam dan Indonesia terbilang yang paling pesat," tutup Randy.

Seperti sudah diprediksi, kota besar Jabodetabek menjadi pendorong utama pertumbuhan ini. Pengguna yang tinggal di area tersebut membelanjakan uang sebesar USD 555 (Rp 7,8 juta) per kapita dibanding USD 103 (Rp 1,4 juta) di area non-metropolitan.




(ask/fys)